Utari Octavianty membantu nelayan kecil memasarkan hasil tangkapan ikan melalui aplikasi Aruna sehingga kesejahteraan mereka meningkat drastis.
Aplikasi Aruna bertujuan memutus mata rantai tengkulak yang menyebabkan harga ikan murah. Dengan Aplikasi android Aruna, nelayan bisa mengetahui harga ikan di pasaran dan pangsa pasar meluas hingga ke luar negeri karena menggunakan sistem online.
“Sehingga nelayan bisa mengetahui harga ikan secara transparan melalui aplikasi Aruna,” kata Utari.
Selain mendapa harga ikan yang layak, petani juga memperoleh bonus setiap penjualan ikan 10 kilogram, yakni Rp 20.000. Bonus itu bisa dikumpulkan untuk dipakai membeli jaring sehingga tidak mengganggu uang belanja di rumah.
Baca juga: Kisah Dokter Gigi Penyelamat Hutan, Kliniknya Bayar Bibit Pohon hingga Beli Kembali Gergaji Mesin
Ada sekitar 2.000 nelayan di 15 titik di seluruh Indonesia yang sudah menggunakan aplikasi Aruna. Utari saat ini tertantang untuk menjangkau nelayan lain yang mencapai ratusan ribu orang agar memanfaatkan aplikasi Aruna.
“Tantangan lainnya adalah saya akan mencoba membuat aplikasi yang mampu menyebarkan informasi tentang harga ikan melalui SMS. Masih banyak petani yang tidak memiliki ponsel Android. Mereka rata-rata menggunakan ponsel biasa yang hanya dipakai untuk menelepon dan SMS. Atau mereka biasa sebut ponsel titut,” kata Utari sambil tersenyum.
Saat ini, bagi nelayan yang tidak mengerti atau tidak memiliki ponsel android bisa dibantu oleh tim di lapangan yang dibentuk Utari. Mereka adalah anak muda di pesisir yang juga anak nelayan. Tim lapangan ini membantu memasukkan data ikan ke apikasi Aruna.
4. Iskandar dan Ronald, mantan tentara anak di konflik Maluku
Dua pemuda Ambon, Iskandar Slameth dan Ronald Regang. Keduanya adalah mantan tentara anak pada konflik berdarah di Maluku yang pecah pada tahun 1999 silam.