Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Saya Hanya Keturunan Belanda, Mengapa Diusir dari Tanah Kelahiran Indonesia?"

9 Februari 2018   09:30 Diperbarui: 9 Februari 2018   13:45 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yvone dan saudaranya ketika menemukan rumah masa kecilnya di kampung Boton, Kota Magelang, belum lama ini.

Sakit hati Yvone perlahan pulih. Dia seolah mempunyai harapan hidup baru dengan keluarga yang bertahun-tahun tidak bertemu. Dia pun menerima takdir bahwa ibu dan salah satu adiknya telah tiada. Begitu juga ayahnya yang meninggal di Belanda tahun 1977.

Yvone juga semakin sering berkunjung ke rumah adiknya itu, pada tahun 1989, 1990, 1991, 1992, 1995, 1998 dan Desember 2017-Januari 2018.

Yvone saat tiba di rumah masa kecilnya di Kampung Boton Kota Magelang, belum lama ini.
Yvone saat tiba di rumah masa kecilnya di Kampung Boton Kota Magelang, belum lama ini.
Rumah Masa Kecil

Pada Desember 2017 lalu, Yvone baru berkeinginan mencari rumah tempat tinggalnya dahulu, di Jalan Boton 2, Kota Magelang. Dia dibantu seorang pecinta sejarah Kota Magelang, Bagus Priyana, yang ternyata juga tinggal di kawasan tersebut.

"Berhari-hari saya berjalan ditemani Bagus, menyusuri gang-gang kampung. Semuanya sudah berubah, banyak bangunan baru, jalan-jalan sudah berbeda. Kami Bertanya-tanya sama orang sampai kami akhirnya menemukan rumah itu," kisahnya.

Kenangan masa kecilnya terus menari-menari di otaknya ketika Yvone menemukan rumahnya yang kini sudah dimiliki orang lain. Dia masih ingat dengan tangga kecil di dekat rumah itu, banyak tanaman bunga, pohon jeruk nipis, dan sebagainya.

"Saya nangis, saya kayak orang gila! ingat waktu kecil di rumah itu saya sama Oma. Dulu masih terbuat dari gedek (anyaman bambu), ada pohon jeruk nipis, banyak tanaman di situ. Lalu ada sungai kecil, ada tangga, masih kelihatan sedikit," ceritanya.

Jika boleh memilih, Yvone ingin menghabiskan sisa hidupnya di Kota Magelang. Dia merasa kampung ini lah rumahnya sebenarnya. Dia bahagia berada di lingkungan, dengan makanan dan serta aktivitas yang sederhana.

"Maunya saya habiskan masa tua di sini saja, hidup apa adanya, sederhana. Tapi enggak boleh sama anak dan cucu-cucu yang di Belanda," paparnya.

Bagus Priyana, pecinta sejarah Kota Magelang, menuturkan kisah Yvone sangat menarik perhatianya sampai dirinya bersedia membantu mencari rumah masa kecil Yvone.

Menurut Bagus, Yvone adalah saksi hidup sejarah perang kemerdekaan Indonesia, khususnya di Kota Magelang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun