Suara cekikikan.
Aris terbelalak. Badannya mendadak menjadi kaku. Ia ingin bergerak, tetapi tubuhnya seperti membeku. Ia ingin berbicara, tetapi mulutnya membisu.Â
Perlahan, Cak Man berjalan sambil mendorong Tiara mendekati Aris. Tubuh pemuda itu sontak bergetar, matanya memancarkan ekspresi kengerian yang luar biasa, dan mulutnya bergerak-gerak, seperti sedang mengucapkan sesuatu yang tidak terdengar. Mungkin doa, mungkin juga permohonan maaf.Â
Lalu, di saat yang paling genting itu, teriakan seorang perempuan mengejutkannya, "Aris!!!" Aris tersentak, itu suara ibunya!Â
Suasana di dalam rumah itu mendadak hening. Dari luar rumah, tidak ada lagi cahaya lampu yang menerangi, menandakan bahwa sudah waktunya seisi rumah untuk beristirahat. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi malam itu, kecuali mereka yang terlibat dalam sebuah kejadian misterius yang baru saja terjadi.Â
**
Aris turun dari mobil, setelah seorang supir membukakan pintu untuknya. Ia berpenampilan rapi, layaknya seorang pengusaha sukses. Aris melangkah masuk ke dalam pintu sebuah restoran. Beberapa pelayan terlihat menyambutnya, membukakan pintu sambil menundukkan kepala.
"Selamat siang, Pak Aris. Selamat datang, Pak Aris," sambutan hangat dari para pegawai membuat Aris tersenyum simpul. Kini ia adalah seorang pengusaha sukses, pengelola bisnis waralaba warung bakso Cak Man yang memiliki 116 gerai dan tersebar di 27 kota seluruh Indonesia.
Seorang tamu duduk di pojok restoran. Ia terlihat berbisik kepada temannya, "Kamu lihat itu Pak Aris Sudjatmiko. Dia adalah pemilik bakso Cak Man."
Temannya mendongak dan mengangguk. Si tamu restoran melanjutkan ucapannya, "konon dia pakai pesugihan makanya bisnisnya sukses."
Aris tersenyum simpul menyadari bahwa kedua tamunya itu tidak tahu jika ia bisa mendengarkan percakapan mereka. Sedetik kemudian, bayangan Aris kembali ke masa tiga tahun lalu.