Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Renjana: Kisah Hidup Tjiptadinata dan Roselina akan Segera Difilmkan?

26 Oktober 2024   06:14 Diperbarui: 26 Oktober 2024   07:08 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renjana: Kisah Hidup Tjiptadinata dan Roselina akan Segera Difilmkan? (sumber: Kompasiana.com)

Siapa yang tidak kenal pasangan legendaris Tjiptadinata Effendy dan Roselina Tjiptadinata? Tidak ada aura songong di sini, sebabnya pertanyaan ini saya ajukan bagi Kompasianer.

Mengapa demikian?

Karena dua sosok legendaris ini selalu hadir dengan artikel-artikel segar di Kompasiana, hampir setiap hari. Hebatnya lagi, semua dilakukan sejak 2009 (kalau tidak salah). Selama 15 tahun, hampir satu artikel setiap hari.

Bukan hanya itu, kedua pasangan ini juga termasuk salah satu yang paling rajin blog walking pada tulisan-tulisan Kompasianer lainnya. Mau yang tua, dedengkot, yang masih muda, hingga yang masih unyu-unyu. Semuanya disapa tanpa perbedaan.

Oleh sebab itu, tidaklah terlalu berlebihan jika aku memberi julukan kepada kedua sosok Kompasianer ini sebagai Ayah dan Bunda dari para Kompasianer. 

Nah, pada 20 Agustus 2024 lalu, Kompasianer Muthiah Alhasany menghubungiku lewat jalur pribadi. "Acek, Pak Tjipta mau bikin buku untuk memeringati 60 tahun pernikahannya. Ikutan nulis, ya." Demikian kata dia.

Tentu saja aku mengiyakan. Menulis artikel tentang Pak Tjipta dan Bu Roselina sudah sering kulakukan. Bukan karena permintaan atau ada acara khusus seperti kali ini, tetapi memang kedua insan ini adalah gudangnya inspirasi.

Nasihat-nasihat hidup yang ditulis tanpa menggurui dan sejubel pengalaman hidup yang bisa menjadi bahan renungan, semuanya bisa menjadi ide-ide kreatif untuk menelurkan tulisan. 

Lalu, aku harus menulis apa? 

Pertanyaan inilah yang terbersit di kepalaku sejak hampir dua bulan lalu. Larut dalam kesibukan menyelesaikan manuskrip novel ketigaku, Petabhumi: Misteri Tembok Kutukan, otakku berandai-andai. Bagaimana jika kisah hidup Pak Tjiptadinata dan Bu Roselina dijadikan novel saja.

Ahay

Namun, sebuah novel yang bernas ada caranya. Yang paling dasar adalah menyusun cerita berdasarkan 3-Act Structure, yakni 

Act-1. Pembukaan/Set-up. Biasanya digunakan untuk memperkenalkan karakter dan tujuan mereka dalam kisah. 

Act-2. Tengah, yang biasanya meningkatkan taruhan, berisikan konfrontasi antara protagonis, dan antagonis, serta 

Act-3. Penutup yang berbentuk resolusi dari keseluruhan kisah. Bisa berupa good atau bad ending. 

Teori ini dikembangkan oleh Aristoteles dan seringkali ditemukan dalam literasi legendaris, seperti karya-karya Shakespeare. Syd Field dalam bukunya, Screenplay: The Foundations of Screenwriting (1979) kemudian mempopulerkan teori ini. Alhasil, novel atau film zaman dahulu "hampir pasti" memiliki Struktur Tiga Babak ini.

Namun, seiring waktu berjalan, kreativitas semakin berkembang, dan keinginan pembaca semakin tidak mudah terpuaskan. Thus, muncullah 5 point Story Arc hingga 8 point Story Arc. 

Teori baru ini merupakan pengembangan dari teori sebelumnya. Caranya adalah dengan menambahkan beberapa jembatan antarbabak. Tujuannya agar audiens lebih mendalami tokoh, konflik, alur, hingga pilihan-pilihan (yang biasanya sulit) bagi tokoh. 

Dari sini, si pembuat kisah dapat mengeksplorasi kreativitasnya menjadi lebih unik, seperti menambah twist plot, menambah taruhan sehingga situasi menjadi semakin sulit, bahkan terkadang tidak masuk akal, sampai menambah bumbu-bumbu penyedap yang menggali emosi dari audiens.

Nah, bagaimana dengan kisah hidup Pak Tjiptadinata dan Bu Rose? Apakah kisah mereka layak untuk disusun menjadi sebuah novel berkelas?

Iseng-iseng aku menghubungi Bunda Roselina, mencoba menggali potensi kisah hidup mereka berdua. Apakah dapat dikemas sesuai dengan teori 3-Act Structure hingga 8 point Story Arc. Dan, jika bisa apakah mengandung cukup banyak konflik yang bisa disusun menjadi sebuah kisah inspiratif dan Insyallah mampu membuat pembaca mewek-mewek.

Ternyata bisa!

Saya berikan saja beberapa contoh kisah hidup yang mungkin bisa menjadi beberapa plot unggulan.

1)Menikah pada 2 Januari 1965, langsung ke Medan dan menumpang di rumah Tante di jalan Gandhi. Pak Tjiptadinata mencoba berdagang antarkota, gagal, dan semua modal ludes.

2)Berdua bekerja di sebuah pabrik getah dan tinggal di perumahan buruh. Kerja setahun, nihil.

3)Pulang kampung halaman, anak pertama lahir pada 1966. Nasib belum berubah. Pak Tjipta jualan kelapa, Bunda Rose mengajar.

4)Tahun 1973 lahir putra kedua, nasib sudah mulai membaik. Tahun 1976 lahir putri ketiga. Pak Tjipta sudah mulai jadi tauke.

5)Tahun 1990 pindah ke Jakarta. Meskipun nasib sudah membaik, tetapi kerasnya kehidupan Ibu Kota membuat mereka seringkali mengalami konflik-konflik yang tak berkesudahan.

6)Hingga akhirnya berdua mereka pindah ke Australia pada 2016, pensiun, dan tinggal bersama tiga orang putra-putri yang sudah jadi "orang."

Bagaimana? Menarik bukan?

Nah, ini tentunya merupakan tantangan tersendiri bagi pencari ide di luar sana. Apalagi materi-materi kisah yang berdasarkan kisah nyata selalu menjadi pilihan pembaca. Terkadang dan mana tahu ada produser dan production house yang tertarik mengalihwahanakan menjadi sebuah produk layar lebar nantinya.

Siapa yang mau mulai? Bebas, nih. Siapa pun, Kompasianer, Non Kompasianer, atau versi keroyokan seperti Novel: Kapak Algojo dan Perawan Vestal. Siapa pun bisa mulai untuk mempertimbangkan usulan saya ini. Siapa tahu saja, dua atau tiga tahun kemudian, kita semua bisa berkumpul di Galeri XXI untuk nonton bareng film yang mungkin berjudul, Renjana: Kisah Hidup Tjiptadinata Effendy dan Roselina Tjiptadinata. 

Mengapa Renjana? Karena menurut KBBI, artinya adalah Rasa Hati yang Kuat.

H.A.L.A.H! Engkong Felix biasanya mengeluarkan "pujian" ini bilamana diriku mulai halu. Tapi, Engkong, pujian kamu kali ini benar, lho. Mana tahu "halu-halu-ku" ini bisa menjadi kenyataan. Doakan saja ya.

Selamat ulang tahun pernikahan yang ke-60 buat Ayahanda Tjiptadinata dan Bunda Roselina. Doa yang terbaik dari Ananda-mu. Semoga kisah kasih ini terus berlanjut hingga hayat merangkum asa.  

**

Acek Rudy for Kompasiana

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun