Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Petabhumi: Misteri Tembok Kutukan (Prolog)

28 Maret 2024   05:22 Diperbarui: 28 Maret 2024   05:22 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heng sisa menunggu giliran kematian.

Di tengah-tengah kepanikannya, Heng kembali menguatkan dirinya. Saya tidak bisa menyerah. Saya yang harus menyelesaikannya, katanya dalam hati. Lalu, tanpa pikir panjang, Heng meraih belati pusaka marga Xiao yang teronggok di lantai, dan berdiri menghadap sosok serupa istrinya itu. Ia mengacungkan belati pusaka ke sosok itu. Siap-siap menumpas makhluk terkutuk itu.

Akan tetapi, bukanlah sosok mengerikan itu yang menjadi sasaran. Heng menutup erat matanya dan berbalik arah. Ia menghambur ke tempat tidur bayi, lalu mengangkat lengannya tinggi-tinggi.

Suara cekikikan mengerikan itu tidak lagi terdengar. Begitu pula dengan sosok palsu istrinya. Tidak berada lagi di tempatnya. Tubuh Heng masih bergetar, meskipun ia sudah bisa mulai tenang. Ancaman sudah hilang. Ia seharusnya senang, tetapi tidak.

Heng tersungkur ke lantai. Ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Wajahnya dipenuhi darah dari salah satu bayinya. Ia menangis sejadi-jadinya, berteriak sekuat-kuatnya, menumpahkan semua emosi dari dalam batinnya. Perlahan, para tamu yang bersembunyi mulai mendekati dirinya. Mereka menyentuh tubuh Heng, menghibur, menguatkannya, seraya mengucapkan ucapan belasungkawa.

Heng tidak henti-hentinya menangis. Ia meratapi nasibnya, menangisi kematian istrinya, dan menyalahkan dirinya atas belati yang terhunjam di tubuh salah seorang bayi kembarnya.

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun