Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Petabhumi: Misteri Tembok Kutukan (Prolog)

28 Maret 2024   05:22 Diperbarui: 28 Maret 2024   05:22 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heng memalingkan wajah ke arah suara itu. Di sana, ia melihat istrinya melekat di tembok dengan kedua tangan dan kaki yang terentang lebar,  sebagaimana tubuh-tubuh para pendoa yang menghilang di balik tembok jahanam. Kondisi istrinya itu memprihatinkan. Ia menangis lirih, seolah-olah menahan sakit yang tak terkira. Secepat kilat, Heng menghambur ke arah tembok untuk menyelamatkan istrinya.

Sayangnya, semuanya terlambat.

Sang istri tersenyum lembut, matanya sayu memancarkan kepasrahan. Lalu, mulutnya bergerak, menyampaikan sesuatu yang terdengar lirih, tetapi Heng mendengarkannya. "Aku cinta kamu ...."

"TIDAK ...." Heng berteriak sekuat tenaga, seiring dengan menghilangnya tubuh sang istri.

"Kalian semua terkutuk!" pekik Heng marah kepada sosok lain yang menyerupai istrinya itu. Sosok itu masih berdiri di depannya, tersenyum sinis dan bengis.

Heng merinding! Kini ia sudah tersadar sepenuhnya. Ramalan itu benar adanya. Anak kembar itu akan lahir membawa berkah sekaligus kutukan! Ia harus memilih. Salah satu dari anak kembar itu harus dilenyapkan. Konsekuensinya terlalu mengerikan.

Istri tercintanya sudah menjadi korban. Begitu pula para pendoa dari marga Xiao yang tidak berdosa. Entah siapa lagi yang akan menyusul. Mungkin saja dirinya. Akhirnya, ia mengambil keputusan yang terbaik baginya. 

"Nuxi ... NUXI! Bayi itu Bernama Nuxi!" teriaknya keras sembari menghambur ke arah tempat tidur bayi. Lalu, secepat kilat, ia mengoleskan darah murni di jari telunjuknya yang sudah setengah kering ke dahi si bayi tambun.

Sekilas, ada seruan kemenangan terdengar dari suaranya. Namun, tidak ada yang terjadi. Bayi tambun itu masih terlihat mengerikan, terus menyerang saudara kembarnya yang menangis kesakitan. Pun sosok yang menyerupai istrinya itu masih berdiri dan tertawa cekikikan. Suaranya semakin nyaring, sehingga Heng harus menutup kedua telinganya.

Ritual itu tidak mempan!

Semuanya terlambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun