"Emang lu masih perjaka?" Rusli menahan ketawanya. Chuang mengangguk perlahan, sebelum ia sadar dengan kesalahan ucapnya. "Maksud gua, perjaka itu hanya istilah bagi bujangan."
"Aku sudah janji ke Emak, kalau aku akan dapat jodoh dalam waktu seminggu, Bro."
"Yakin bisa?"
"Yakin sih yakin. Tapi, gimana ya. Kalau aku kawin dalam waktu seminggu, ntar si Dia jadi janda dong."
"Emang siapa sih si Dia?" Rusli sepertinya belum yakin dengan kemampuan Chuang mencari pasangan dalam waktu sepekan. Menurutnya, lebih mudah mati daripada dapat istri.
"Tadi ia baru datang ke kedaiku. Itu lho yang kamu bilang tentang cewek yang wajahnya jutek, rambutnya pendek, penampilannya agak molek, dan saban pagi lewat di depan rumahku."
"Kenapa agak molek?" tanya Rusli.
"Itu soal selera, Bro."
Rusli tertegun sejenak sambil mengingat-ingat lagi, kemudian ia lanjut berkata, "Deskripsi gadis itu sama dengan yang aku lihat menemani si Chuang Palsu."
"Artinya cewek itu benar ada?" tanya Rusli terperangah.
"Iya Bro dan ia sepertinya ia jatuh cinta kepadaku juga. Ada peluang," jawab Chuang dan kini suaranya sudah terdengar sedikit lebih bersemangat. "Hanya saja... andaikan teori kembaran itu benar, ia akan jadi janda."