Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Chuang Bali Bab 5: Mahar Asuransi

3 November 2023   05:14 Diperbarui: 3 November 2023   05:59 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chuang Bali Bab 5: Mahar Asuransi (gambar: realinsurance.com.au, diolah pribadi)

Chuang termenung. Ia baru saja menerima telpon dari sahabatnya, Rusli. Tentang seorang pria yang mirip wajahnya dan juga bernama Chuang yang baru saja datang ke tokonya. Dengan panik, si Rusli meminta Chuang untuk segera ke sana. Hanya agar kawannya itu tahu jika ia tidak berbohong. Selain itu biar semuanya jelas, apakah Chuang memang memiliki kembaran di dunia ini?

Chuang bukannya tidak percaya kepada omongan sahabatnya itu. Ia sebenarnya sangat penarasaran. Tapi, di sisi lain ia juga ketakutan. Tersebab ia sangat yakin, seseorang akan meninggal dalam tujuh hari bilamana bertemu langsung dengan kembarannya. Dalam arti, pergi ke toko Rusli sama dengan bunuh diri. Akan tetapi, rasa penasaran pun bisa membunuh.

Akhirnya, setelah menimbang-nimbang segala risiko dan keuntungan, Chuang pun mengambil motornya. Ia segera melaju menuju toko si Rusli yang berjarak satu kilometer dari rumahnya.

Tidak terlalu lama bagi Chuang untuk sampai ke rumah toko yang ramai pengunjung itu. Tidak terlalu sulit juga mencari tempat parkir, karena ia tahu tempat rahasia untuk parkir motor. Sebuah lorong buntu kecil di samping ruko, jalan alternatif bagi keluarga Rusli untuk keluar masuk saat toko sudah tutup.

Bergegas, ia setengah berlari menuju ke dalam toko untuk mencari sahabatnya. Namun, sebelum ia sempat menginjakkan kakinya di pintu masuk, ia berpapasan dengan sosok itu!

Sosok yang mirip wajahnya. Begitu pula bentuk tubuhnya. Untungnya si Chuang palsu itu tidak melihatnya. Ia asyik berbicara telpon tanpa menengok ke kiri dan kanan. Sontak, Chuang langsung lemas. Bagaimana tidak, lelaki yang ia lihat itu benar-benar menyerupai dirinya. Doppelgaenger itu nyata.

Artinya usianya sisa tujuh hari lagi.

"Nah. Kamu sudah percaya aku kan?" Tepukan Rusli di bahunya membuat Chuang terlompat kaget. Ia memandang wajah Rusli yang terlihat sumrigah.

"Kok loyo sih. Kan benar apa kata gua." Chuang masih belum berbicara dan membuat sahabatnya itu khwatir. "Kamu baik-baik saja kan, Bro?"

Chuang tidak membalas. Sebaliknya, ia langsung melongsor pergi ke warung kopi di samping toko. Rusli yang masih penasaran akan sikap sahabatnya itu mengikuti langkah Chuang.

"Kopi manis tanpa gula," teriak Chuang sekenanya. Yang ia maksud sebenarnya kopi hitam tanpa gula, namun karena lobus frontal-nya sudah penuh, salah ucap bisa menjadi maklum.

"Ada apa sih? Kok kamu loyo banget?"

"Umurku udah sisa seminggu lagi, Bro," jawab Chuang lesu.

"Lha, kok bisa. Emang lu sakit apa?" Chuang menggelengkan kepalanya. "Pria itu benar mirip aku," ujarnya.

"Terus kenapa?"

"Kan aku sudah bilang, seseorang yang bertemu doppelgaenger-nya akan mati dalam waktu seminggu."

"Halah, kamu itu masih percaya takhayul. Itu kan cuman legenda. Mana benar sih?"

"Iya. Aku juga pikir seperti itu. Tapi, kalau benar kejadian, gimana dong?"

Rusli terdiam. "Benar juga ucapan temanku ini." ia membatin. Memang benar usia manusia tidak ada yang tahu, tetapi ada beberapa orang yang sudah diberikan tanda-tanda khusus sebelum meninggal. Mungkin saja kawannya yang satu ini juga demikian.

"Ah. jangan percaya takhayul-lah. Hidup mati kan perkara karma, bukan kembaran, Bro," ujar Rusli. Ia kembali menghapus segala prasangka buruk di dalam benaknya, seraya mencoba memberikan semangat kepada Chuang.

"Yang aku khwatir itu emak gue. Gimana kalau aku mati perjaka?"

"Emang lu masih perjaka?" Rusli menahan ketawanya. Chuang mengangguk perlahan, sebelum ia sadar dengan kesalahan ucapnya. "Maksud gua, perjaka itu hanya istilah bagi bujangan."

"Aku sudah janji ke Emak, kalau aku akan dapat jodoh dalam waktu seminggu, Bro."

"Yakin bisa?"

"Yakin sih yakin. Tapi, gimana ya. Kalau aku kawin dalam waktu seminggu, ntar si Dia jadi janda dong."

"Emang siapa sih si Dia?" Rusli sepertinya belum yakin dengan kemampuan Chuang mencari pasangan dalam waktu sepekan. Menurutnya, lebih mudah mati daripada dapat istri.

"Tadi ia baru datang ke kedaiku. Itu lho yang kamu bilang tentang cewek yang wajahnya jutek, rambutnya pendek, penampilannya agak molek, dan saban pagi lewat di depan rumahku."

"Kenapa agak molek?" tanya Rusli.

"Itu soal selera, Bro."

Rusli tertegun sejenak sambil mengingat-ingat lagi, kemudian ia lanjut berkata, "Deskripsi gadis itu sama dengan yang aku lihat menemani si Chuang Palsu."

"Artinya cewek itu benar ada?" tanya Rusli terperangah.

"Iya Bro dan ia sepertinya ia jatuh cinta kepadaku juga. Ada peluang," jawab Chuang dan kini suaranya sudah terdengar sedikit lebih bersemangat. "Hanya saja... andaikan teori kembaran itu benar, ia akan jadi janda."

"Ah, gampang bro. Beli saja asuransi. Wanita sekarang mah bisa hidup sendiri sepanjang duit mencukupi," jawab Rusli sekenanya. "Dan, itu karena aku yakin kamu tidak akan mati dalam waktu tujuh hari," lanjutnya lagi.

"Benar juga, Bro," celutuk Chuang girang, membuat Rusli sumrigah. Tapi, bukan perkataan Rusli yang memotivasi Chuang. Tapi, persoalan asuransi.

Ya benar. Chuang akan membeli asuransi dari si Khema, sekaligus melamarnya jadi istri. Dalam pikirannya, gadis itu pasti mau. Uang asuransi itu sama dengan mahar yang akan ia wariskan bagi si cantik pujaan hatinya.

Tanpa buang waktu lagi, Chuang langsung pergi tanpa permisi. Meninggalkan pesanan kopi manis tanpa gula yang dipesannya.

**

DI sebuah ruang kantor, seorang wanita terlihat sedang duduk diam. Ia tidak berani bersuara karena pria yang berdiri di depannya sedang misuh-misuh.

"Bagaimana sih kamu, Khema. Sudah enam bulan kamu kerja di perusahaan ini, belum satu pun pelanggan yang kamu bawa ke sini."

"Kamu tahu konsekuensinya!?" Si pria jelas marah, Itu terdengar dari nada suaranya. Tapi, ia tidak mau mengeluarkannya lepas. Tersebab ia takut jika suara lantangnya terdengar oleh karyawan lainnya.

"Kamu tahu, aku mempertaruhkan reputasiku dan juga jabatanku dengan mengangkatmu langsung jadi pegawai tetap. Tidak sama dengan mereka yang baru bergabung, harus melalui masa percobaan, lalu kontrak setahun, dan setahun lagi."

"Sementara jalur khususmu aku jamin dengan prestasimu. Sekarang justru aku termakan dengan omonganku sendiri. Prestasi kamu nol besar."

Si wanita terdiam. Ia tahu salah. Ia juga takut salah. Tersebab ia memiliki hubungan khusus dengan pria yang sedang memarahinya itu. Tidak banyak yang tahu, yang pasti tidak teman-teman kerjanya.

Lelaki itulah yang selama ini membiayainya. Memanjakannya dengan segala kebutuhan hidup yang ia butuhkan. Termasuk menyekolahkannya dan menghidupi keluarganya. Seharusnya karyawan lain bisa memaklumi, tapi hubungan mereka tidak boleh ketahuan. Itu karena aturan yang dibuat sendiri oleh pria itu. Tidak boleh ada hubungan khusus yang terjalin di kantor. Konsekuensinya salah satu harus mengundurkan diri atau kedua-duanya dipecat.

Khema tahu jika konsekuensinya berat. Oleh sebab itu, mencapai target penjualan adalah satu-satunya cara. Sayangnya, menjual asuransi tidak semudah yang ia kira. Kebanyakan orang sudah punya. Ditambah lagi dengan masa ekonomi sulit, membuat banyak orang harus mengirit. Ini belum termasuk mereka yang berpikiran kolot. Sebagaimana owner rumah bakmi yang barusan ia kunjungi. Membeli asuransi dianggap menyumpah mati.

"Iya Om." Khema menjawab singkat.

"Jangan panggil aku Om di dalam kantor ini. Kalau di luar kamu mau bermanja-manja denganku, silahkan. Tapi, kalau di dalam kantor ini aku atasanmu."

"Eh, maaf. Iya Pak." []

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun