Cinta Jaya namanya. Kulitnya putih, matanya sipit, dengan hidung yang tidak terlalu mancung, ciri khas perempuan-perempuan Tionghoa pada umumnya. Sekilas, ia terlihat laksana dewi. Tapi, bukan dewi kahyangan versi Joko Tingkir yang konon kecantikannya melampaui Cleopatra. Ia lebih mirip patung dewi yang terpajang di altar kelenteng.
Cina banget.
Tapi, justru karena itu mereka putus.
Karena perkara patung, harapan mereka pupus. Cinta Jaya tidak setuju jika Chuang masih menyimpan patung Toa Pe Kong di dalam rumahnya. Baginya, patung adalah patung, bukan untuk dipuja apalagi disembah. Tapi, Chuang tidak setuju akan hal itu. Baginya, arca keramik itu sudah ada sejak zaman buyutnya. Sudah disembah dan dipuja sejak zaman kolonial. Sementara, Cinta Jaya belum lahir di zaman itu.
Sebaliknya, Chuang tidak setuju jika orang Tionghoa harus memercayai dewa berjenggot dari ras yang berbeda. Posenya pun tidak menyenangkan, terikat di atas kayu dengan wajah sedih. Tanpa baju pula.
"Itu gaya yang tidak bawa hoki," celutuk Chuang saat sedang berduaan dengan Cinta Jaya di rumahnya. Ia tidak menduga jika celotehan singkatnya berakibat fatal. "Kamu jahat, Chuang. Kamu jahat," pungkas Cinta Jaya sambil berlari masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Chuang sendiri di ruang tamu, menghempas perasaannya dalam keadaan wajah melongo.
 Dan sejak saat itu Cinta Jaya mulai menjauh. Ia menganggap Chuang adalah sekutu iblis. Serigala yang senang memangsa domba-domba sesat. Cinta Jaya tidak sudi lagi berhubungan dengannya. Semua telpon masuk Chuang ditolaknya, pesan teks pun tak dibaca.
Asisten Rumah Tangganya selalu berbohong, setiap kali Chuang berkunjung ke rumahnya "Nong Cinta senang datang bulang, Dibilang tidak mau diganggu, bede," ujar si ART asal kota Makassar itu.
Tentu saja ia berbohong. Tidak ada wanita yang senang datang bulan. Kalaupun iya, tidak mungkin berlangsung selama penuh sebulan. Akhirnya Chuang menyerah. Frasa "Datang Bulang" adalah kode keras untuk "Aku tak mau dengan kamu lagi."Â
Kini Chuang harus berhadapan dengan masalah baru. Bagaimana menjelaskan kepada mamanya yang sudah terlanjur menyukai Cinta Jaya? Alasan sang Mama cukup masuk akal. Selain karena wajah gadis itu yang mirip dewi Tionghoa, namanya pun bawa hoki.
Cinta Jaya, mirip nama toko.