Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianer of The Year dan Mereka yang (Mungkin) Terlupakan

19 November 2022   13:39 Diperbarui: 19 November 2022   13:50 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Voting terus bergulir, semua mata tertuju kepada 30 nominee Kompasianival Award 2022. Namun ada satu hal yang terlupakan. Sosok itu munculnya belakangan, persis pada malam inagurasi. Kompasianer of The Year (KoTY).

Itu adalah hak prerogatif Tim Kompasiana. Menurut keterangan, penghargaan tersebut aka diberikan kepada sosok Kompasianer yang telah memberikan kontribusi dan manfaat kepada Kompasiana dan seluruh pembaca Indonesia.

Saya, kamu, kamu, dan kamu tentu saja penasaran. Siapakah sosok tersebut. Tentunya setiap Kompasianer akan punya jagoannya sendiri. Belajar dari dua tahun sebelumnya (2020 dan 2021), kedua jawara tersebut memang pantas.

Ada Mba Gaganawati yang selalu menggawangi KOTEKA. Begitu pula denga Mba Dewi Puspasari yang sebagian jiwanya telah diberikan kepada komunitas KOMIK.

Lalu siapakah KoTY tahun ini? Untuk itu, ada baiknya untuk melihat perkembangan K-Award yang terjadi pada 2022 ini.  

Ada beberapa perubahan mendasar:

1.  Jumlah nominee bertambah. Dari yang biasanya hanya 20, kini menjadi 30. Itu karena ada dua kategori tambahan yaitu: Best Teacher dan Best Student.

2. Ada dua nominee yang centang hijau. Sesuatu yang belum pernah terjadi dalam dua bahkan tiga tahun terakhir.

3. Ada 8 nominee wanita. Ini tentu kabar menggembirakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang jumlahnya tidak melebihi lima.

Prediksi Kompasianer of The Year.

Saya sendiri masih keukeuh dengan jagoanku. Bunda Roselina Tjiptadinata. Bagi saya, beliau bersama opa Tjiptadinata adalah satu-satunya tokoh yang bisa mempererat hubungan silaturahim di antara sesame Kompasianer.

Cobalah lihat sambutan yang diberikan oleh Kners pada saat kehadiran mereka berdua di acara Perpusnas kemarin. Luar biasa ramai dan meriah. Selain itu, Bunda Rose juga sangat produktif. Tidak hanya dalam membuat artikel, tetapi juga dalam blog walking. Intinya, beliau adalah inspirasi bagi Kompasianer dan cocok sebagai ikon Kompasiana.

Tapi, saya menduga jika KoTY akan berasal dari sosok guru. Bisa saja seseorang yang tidak kita sangka, mengingat centang hijau pun sudah mendapatkan peluang. Tapi, saya kira kamu, kamu, dan kamu mungkin punya firasat yang sama.

Oke, apapun hasilnya, tetap saja setahun sudah kita jalani bersama. Mereka yang terpilih sudah pasti yang terbaik. Melewati proses yang panjang selama 365 hari bukanlah perkara yang mudah.

Terkait nominee. Saya sendiri lebih senang jika kamu, kamu, dan kamu yang menerimanya. Tapi, kuota hanya untuk 30 Kompasianer saja. Setiap dari kita punya jagoannya masing-masing. Tidak terpilih pantas saja kecewa, asalkan jangan berlangsung kelamaan, apalagi sampai meninggalkan rumah kita bersama ini.

Termasuk saya....

Bukannya tanpa alasan. Tahun 2020, ke-4 pilihanku semuanya masuk dalam daftar Nominee. Lalu pada 2021, hanya 1 dari 4 yang tidak terpilih. Tahun 2022 ini? Jujur hanya 2 dari 6 kategori yang diperebutkan.

Saya lalu berpikir, apakah instingku sudah mulai karatan? Atau jejangan saya tidak lagi seaktif dulu yang termasuk cukup sering memantau perkembangan di Kompasiana.

Ya, kedua-duanya mungkin benar. Dan tidak perlu kita mempermasalahkannya. Bukan juga berarti mereka yang masuk nominee itu tidak pantas. Oh, tidak begitu sobat.

Tentu saja saya juga punya pertimbangan tersendiri. Saya berinteraksi di Kompasiana dan juga tergabung dalam beberapa komunitas. Bisa saja penilaianku berat sebelah. Yang akan saya pilih adalah kawan-kawan baik yang selalu mengisi lobus frontalku. Jadi, opini ini hanya sepihak. Tidak mewakili kesepakatan dan juga tidak perlu persetujuan. Hanya ingin saya tuliskan saja. Titik!

Jadi, tidak perlu berlama-lama lagi. Sekali lagi bukan untuk membuat pesan tandingan ya. Hanya mengungkapkan isi hatiku saja. Tidak lebih, tidak kurang.

Kategori Fiksiana

Di kategori Fiksiana, saya menjagokan 4 sosok lainnya, selain tentunya yang sudah terpilih. Artinya tidak ada yang harus keluar. Dengan kata lain, nominee saya untuk kategori ini (kalau bisa) menjadi 9 orang. Demikian pula pada setiap kategori. Dan tambahannya adalah:

Ari Budiyanti. Sebagai Kompasianer centang hijau, dirinya tidak pernah berhenti berpuisi. Teman-teman di grup perpesanan pernah menyarankan dirinya untuk membuat artikel. Jawabannya mencengangku, "aku penulis fiksiana, cinta pada puisi."

Hera Veronica Sulistiyanto. Juga centang hijau. Tapi produktivitasnya "amit-amit." Selama bulan Oktober saja telah menelurkan 80 karya. Dan menurut saya, salah satu pemuisi yang mendebarkan hatiku.

Rustian Al Ansori. Masih ingat acara Kompasiana yang menghadirkan 3 penulis yang telah mencapi 5000 tulisan? Mereka adalah Opa Tjiptadinata, Om Katedraradjawen, dan Mas Rustian salah satunya. Apresiasi tentu bisa diberikan kepada Kompasianer yang telah menulis 6.632 tulisan hingga hari ini.

Ikhwanul Halim. Bikin cerpen susah banget (bagi saya). Bisa berjam-jam tentunya dengan jeda. Apalagi bikin novel. Itulah saya tidak sabar untuk belajar dari Dee Lestari nantinya (numpang promosi). Tapi, Kompasianer yang satu ini setiap saat hadir dengan novel berserinya. Bukan hanya satu judul. Tapi, banyak. Entah apa makanan belio yang satu ini.

Kategori Citizen Journalism

Hennie Triana Oberst. Kompasianer Jerman ini selalu "berkelas" dalam menyajikan berita. Bukan hanya tentang apa yang terjadi di Jerman, tetapi pengetahuan yang jarang didapatkan dari media di Indonesia. Kompasiana beruntung memilikinya sebagai kontributor.

Budi Susilo. Meskipun terlihat santai, tapi tulisannya selalu bertenger di AU. Bukan untuk dicibir ataupun dipuji. Tapi, memang pantas. Saya sendiri seringkali membaca artikelnya di saat senggang. Bak membaca buku pengetahuan yang dikemas dalam bentuk fiksi.

H.I.M. Membaca tulisan kompasianer yang satu ini, saya sudah bisa menduga. Seputaran budaya dan sosial kemasyarakatan warga Bali. Saat ini Bali sedang ramai dipromosikan. Menjadi tuan rumah G-20 tentu membanggakan. Tidakkah kita juga bangga jika ada wakil dari Bali yang masuk nominee?

Taufik Uieks. Sebagai dosen, penulis buku travelling yang suka jalan-jalan kemana saja, tentunya kehadiran Taufik membawa warna sendiri di Kompasiana. Tulisannya juga bernas dan enak dibaca. So, why not?

Kategori Opini

Kompasiana memposisikan dirinya sebagai web opini. Tidak sedikit yang bahkan sudah dijadikan referensi untuk karya ilmiah. Oleh sebab itu kategori ini seharusnya berisikan Kompasianer yang memiliki karakter yang kuat. Saya memiliki 4 jagoan.

Felix Tani. Sahabatku ini memiliki karakternya tersendiri. Ide tulisannya selali unik dan menarik. Terkadang ia bisa mengisahkan tentang budaya Batak dari sisi ilmiah mencengangkan. Tapi, pada sisi lain ia bisa berubah menjadi penulis fiksi yang membuat para pembaca terbahak-bahak. Aku padamu, Engkong.

Muthiah Alhasany. Kompasianer senior ini bukan hanya penulis dalam diam. Kehadirannya selalu ada pada setiap event Kompasiana. Baik yang luring maupun daring. Siapa yang tak kenal dirinya. Jika Kompasiana menganggap bahwa sharing is connecting itu penting, saya kira Kompasianer yang satu ini pantas untuk dilirik.

Ronny Rachman Noer. Tulisannya yang keseringan AU membuatku sadar. Dia adalah sosok yang brilian. Baik dari pemikiran maupun melalui apa yang ia tuangkan. Sebagai seorang akamedisi, tulisan Ronny itu santai dan enak dibaca. Pasti enak menjadi muridnya.

Arief R. Saleh. Tulisannya sering bertenger di kolom terpopuler. Genrenya macam-macam. Bisa dikatakan penulis Palugada. Tapi, yang membuat menarik adalah isi komentarnya yang seringkali eksplosif. Ia juga rajin blogwalking, melambangkan sifatnya yang supel.

Best in Spesific Interest

Tentunya harus untuk mereka yang konsisten membuat tulisan dengan tema yang sama. Untuk ini, saya punya 4 jagoan juga.

AkiHensa. Ingat bola ingat dirinya. Tulisannya tidak terkesan me-too. Meskipun ada beberapa referensi yang sama dengan yang di media mainstream, tetapi pendekatan opininya seringkali mengagetkan. Dan tentunya itu menjadi alasan mengapa ia sering diganjar AU. Bagi saya, AkiHensa bukan hanya penulis bola, tetapi ia juga pengamat.

Irwan R Sikumbang. Sebagai mantan banker tentu saja ia paham dunia perbankan. Sesuatu yang sangat berharga di tengah-tengah ancaman resesi. Saya sendiri senang berdiskusi dengannya, terkait dengan pemahamannya yang luas tentang dunia finansial. Pembawaannya yang ramah menjadi plus poin bagi diriku untuk memilihnya.

Asrul Hoesein. Saya sering menyapa dirinya dengan Senior. Karena memang kualitas literasinya lebih senior dari saya. Komitmennya tentang sampah sudah tidak perlu diragukan lagi. Ia malah sering "memprotes" mengapa masalah sampah kurang mendapatkan AU di Kompasiana. Sayangnya ia tidak terpilih sebagai nominee di bidang "persampahan."

Ayu Diahastuti. Seorang psikolog yang periang. Bahasanya gaul, orangnya pun begitu. Jikalau diriku mengidap gangguan mental, saya akan mencarinya. Membaca tulisannya saja sudah bisa sembuh sendiri. Apalagi jika berkonsultasi dengannya. Ya.. Ya... Ya...

**

Meskipun masih ada kerikil di hati, anggap saja ini adalah sebuah proses. Belajar menghargai dan memberikan apresiasi kepada mereka yang patut menerimanya.

Lalu, harus diingat bahwa sejarah Kompasiana bukan hanya kemarin. Tahun ini sudah menginjak usia yang ke-14. Sebuah umur yang mapan untuk sebuah organisasi dan entiti. Kisah hidup pahit dan manis sudah direguk bersama. Itu jauh lebih berharga dari sekadar menulis.

Salam Hangat Dari Jauh...
Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun