AkiHensa. Ingat bola ingat dirinya. Tulisannya tidak terkesan me-too. Meskipun ada beberapa referensi yang sama dengan yang di media mainstream, tetapi pendekatan opininya seringkali mengagetkan. Dan tentunya itu menjadi alasan mengapa ia sering diganjar AU. Bagi saya, AkiHensa bukan hanya penulis bola, tetapi ia juga pengamat.
Irwan R Sikumbang. Sebagai mantan banker tentu saja ia paham dunia perbankan. Sesuatu yang sangat berharga di tengah-tengah ancaman resesi. Saya sendiri senang berdiskusi dengannya, terkait dengan pemahamannya yang luas tentang dunia finansial. Pembawaannya yang ramah menjadi plus poin bagi diriku untuk memilihnya.
Asrul Hoesein. Saya sering menyapa dirinya dengan Senior. Karena memang kualitas literasinya lebih senior dari saya. Komitmennya tentang sampah sudah tidak perlu diragukan lagi. Ia malah sering "memprotes" mengapa masalah sampah kurang mendapatkan AU di Kompasiana. Sayangnya ia tidak terpilih sebagai nominee di bidang "persampahan."
Ayu Diahastuti. Seorang psikolog yang periang. Bahasanya gaul, orangnya pun begitu. Jikalau diriku mengidap gangguan mental, saya akan mencarinya. Membaca tulisannya saja sudah bisa sembuh sendiri. Apalagi jika berkonsultasi dengannya. Ya.. Ya... Ya...
**
Meskipun masih ada kerikil di hati, anggap saja ini adalah sebuah proses. Belajar menghargai dan memberikan apresiasi kepada mereka yang patut menerimanya.
Lalu, harus diingat bahwa sejarah Kompasiana bukan hanya kemarin. Tahun ini sudah menginjak usia yang ke-14. Sebuah umur yang mapan untuk sebuah organisasi dan entiti. Kisah hidup pahit dan manis sudah direguk bersama. Itu jauh lebih berharga dari sekadar menulis.
Salam Hangat Dari Jauh...
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H