Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pakto 88, Sisi Kelam di Masa Keemasan Perbankan Indonesia

9 Oktober 2022   04:17 Diperbarui: 9 Oktober 2022   05:12 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai catatan pada era 90an, penanganan kredit macet tidak dilakukan berdasarkan aturan pemerintah. Bank yang tidak mau rugi cenderung menggunakan cara kekerasan untuk menagih kredit macet. Terkadang aparat hingga mafia juga dilibatkan. Tahun 1995 menjadi era puncak kredit macet. Rasio yang terjadi sudah mendekati angka 5% dari batasan 2% yang tergolong "wajar."

Penyebab utamanya karena ambisi para konglomerat yang tidak bisa dipadamkan. Alih-alih pengucuran kredit diberikan kepada proyek yang memberikan dampak ekonomi strategis, alokasi dana dilakukan untuk proyek prestisius yang tidak menghasilkan. Lapangan golf yang terbengkalai, gedung perkantoran yang kosong, higga perumahan mewah yang mubazir.

Lebih parahnya lagi, untuk mendapatkan modal menjalankan bisnis perbankan, para pemodal memanfaatkan pinjaman valuta asing. Bunganya rendah, hanya sekitar 2-3% saja. Tapi, tidak diiringi dengan pengamanan lindung nilai (hedging). Sehingga pada saat tsunami ekonomi melibas pada 1998, fundamental bisnis bank yang bobrok pun semakin memperparah krisis.

Pelajaran Dari Masa Lalu

Krisis Ekonomi 98 menjadi puncak dari segala warisan buruk di masa lalu. Kita patut bersyukur, saat ini sistem perbankan kita sudah jauh lebih baik. Dengan berbagai regulasi yang ketat, sebagian dari pengusaha mungkin tidak akan lagi merasakan keleluasan yang sama denga para pendahulunya.

Kendati demikian, azas kehati-hatian tetap merupakan hal yang baik untuk dilakukan. Perbankan nasional adalah garda terdepan dalam menjaga stabilitas moneter negara.

Apa yang bisa dilakukan oleh seorang warga negara yang baik?

Tetap memberikan kepercayaan kepada sistem perbankan nasional. Sehingga jika ada yang pernah mengatakan, "jangan percaya bank di Indonesia" maka abaikan saja. Menurut saya sih, itu tiada bedanya dengan tidak mempercayai NKRI.

Semoga Bermanfaat

**

Referensi: 1 2 3 4

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun