Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Saat Bule Bertanya, "Mengapa Orang Indonesia Berkendara Begitu?"

10 Juni 2022   19:13 Diperbarui: 10 Juni 2022   19:18 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Bule Bertanya, "Mengapa Orang Indonesia Berkendara Begitu?" (gambar: thedailytexan.com)

Tentu saja kamu, kamu, dan kamu sudah pernah mendengarkan istilah culture shock. Itu lho, jika kamu pindah ke negara lain dan kamu kaget dengan kebiasaan orang setempat.

Begitu pula dengan adikku, Rika. Sejak kuliah di Amerika pada 1994 silam, ia memutuskan untuk menetap di sana. Menikah dengan bule pula.

Tapi, ketika ia pulang kembali ke Indonesia untuk pertama kalinya sejak menikah, bukanlah dirinya yang mengalami culture shock, tapi Andrew suaminya.

Khususnya saat berkendara. Sebagai mantan pemegang SIM di Amerika, saya tentu bisa memaklumi perbedaan adab berkendara di sana dan di sini. Namun yang membuatku bingung adalah bagaimana menjelaskan adat berkendara bangsaku.

Namun, sebelum kisah ini kulanjutkan, perlu disampaikan jika semua pembicaraanku dalam bahasa Inggris yang ditulis dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan pembacaan.

Jadi, ketika Andrew mulai menampakkan wajahnya yang berkerut, diriku memulai dengan sebuah disklaimer.

"Kamu perlu paham Andrew, orang Indonesia adalah manusia yang memegang tinggi budaya. Ada semacam kearifan lokal di sini, termasuk cara mereka berkendara," aku memulai percakapan pada hari itu.

Andrew tampak mulai tenang duduk disampingku yang menyetir mobil. Tapi, hanya sesaat ketika ia melihat beberapa pejalan kaki menggunakan helm.

"Mengapa mereka tidak melepas helm pada saat berjalan kaki?" Andrew bertanya.

"Iya, kami kan sangat memedulikan keselamatan. Pejalan kaki pun bisa kecelakaan," jawabku.

Namun sepertinya pernyataanku tidak memuaskan Andrew. Perkaranya, tepat di hadapan kami ada seorang pejalan kaki yang menyeberangi jalan dengan gaya lincah-habis. Ia berlari, berhenti, mengangkat tangannya, dan berlari lagi. Tidak pakai helm lagi.

Sebelum Andrew sempat bertanya, aku segera menjawab, "Lihatlah, bagaimana tidak tenangnya dia tanpa helm.Kamu tahu kenapa ia tampak buru-buru? Helmnya ketinggalan di rumah." Andrew puas dengan jawabanku.

Perjalanan kami berlanjut, dan mobil sempat terhenti di perempatan jalan yang padat merayap. Pasalnya ada sebuah truk yang parkir seenak udel di badan jalan. Terlihat supirnya buru-buru menurunkan barang.

Klakson berbunyi serentak dari para pengguna jalan yang kesal. Bagi pegemudi Amerika, klakson laksana bunyi petir. Jika tidak benar-benar marah, dilarang dibunyikan di sana.

Saya pun ikut-ikutan membunyikan klakson. "Kamu marah, Rudy?"

"Tidak Andrew, itu kebiasaan kami membantu sesama. Siapa tahu saja si pengemudi truk butuh bantuan." Dan Andrew kembali mengangguk-anggukan kepalanya.

Klakson tidak berhenti, meskipun kami telah berhasil melewati truk tersebut. "Apakah ada kerusuhan, Rud?" Sepertinya susah bagi Andrew untuk menjauhkan pikirannya bahwa klakson sama dengan marah.

Aku kembali menjawab sekenanya, "Itu hip-hip hura, Andrew. Si supir sepertinya sudah menemukan seseorang yang bersedia membantunya."

Adrew terdiam, ia sepertinya paham bahwa kearifan lokal Indonesia masih terlalu berat bagi otak paman sam-nya.

Tak lama kemudian, kami pun akan segera tiba di sebuah minimarket dekat rumah. Aku menyalakan lampu sein kiri, tanda ingin parkir. Tapi, harus bersabar sejenak. Masih banyak motor yang melewati kendaraanku dengan gaya ugal-ugalan.

Andrew kembali mengernyitkan dahinya, "apakah mereka tidak tahu arti dari lampu sein?"

"Tidak Andrew, mereka paham. Hanya saja mereka tahu jika aku orang baik, pasti memberi mereka jalan," diri ini sudah mulai ngawur.

Dan seperti biasa, sehabis berbelanja, mobil diarahkan oleh tukang parkir. Andrew kelihatan kaget dengan parking man yang tidak ada di Amerika.

"Mundur, mundur, kiri, pritttt..." teriaknya.

"Siapa dia," Andrew bertanya.

"Oh, mereka dari lembaga sosial pemerintah. Yang mereka lakukan adalah melayani masyarakat," jawabku.

"Terus, tugas mereka apa?" Andrew masih penasaran.

"Masyarakat butuh perhatian, Andrew. Ada tenaga suka rela yang ditempatkan pada setiap jalan untuk menyemangati warga dengan peluit mereka."

Mobil berjalan, dan kami tiba di sebuah kelokan. Banyak pak ogah di sana. Mengatur mobil yang sebenarnya tidak perlu diatur.

"Mereka petugas sosial juga? Andrew bertanya.

"Iya, Andrew. Dan sepertinya memang semakin banyak orang Indonesia yang butuh cinta."

**

Lanjutannya seperti apa? Saya membayangkan masih banyak pertanyaan dari Andrew yang belum ia layangkan, seperti;

"kenapa bonceng motor bertiga, kenapa rel kereta api diterobos, kenapa belok tanpa lampu sein, de el el, de es be.

Yang pasti seribu pertanyaan yang keluar dari mulut Andrew, pasti memiliki jawaban. Sebabnya adat berkendara di Indonesia memang bermacam-macam, menandakan begitu besarnya keragaman di negeri ini.

Jadi, jika kamu kebetulan mendapatkan pertanyaan dari orang asing, mengapa orang Indonesia berkendara seperti itu, maka jawablah dengan tegas, "orang Indonesia semua bersaudara."

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun