Mungkin sudah saatnya memikirkan bagaimana menyiasati kenaikan harga-harga di pasar yang terus meroket.
Pagi ini saya bertemu dengan penjual kue langgananku. Katakanlah namanya Mak Mike. Seperti biasa, saya mencari kue untuk kebutuhan parsel. Tapi, harganya sudah naik, tidak lagi memenuhi budgetku seperti tahun lalu.
"Harga bahan naik 20%, koh. Sementara harga kue ku hanya naik 10% saja," ujar Mak Mike.
Permasalahannya adalah pilihan. Di antara menekan harga atau menjaga stabilitas penjualan. Jalan tengahnya adalah keuntungan.
"Cuan sedikit tidak apa-apa, yang penting masih bisa tutup ongkos," demikian ujarnya.
Dilema Bisnis
Mak Mike sadar, jika harga ia naikkan drastis, konsekuensinya cukup berat. Ia akan kehilangan pelanggan karena harga yang tidak lagi sesuai kantong.
Sebabnya kue lebaran yang ia jual bukanlah bahan pokok. Sayangnya, harga bahan yang ia beli adalah bahan pokok. Gula, mentega, telur ayam, susu, gas elpiji dan tidak lupa minyak goreng.
Mak Mike tidak hanya menanggung kerugian akibat keuntungan yang semakin tipis. Ia juga punya biaya bulanan yang dianggarkan. Selain biaya listrik, pulsa, bensin, perlengkapan rumah tangga, dan tentunya bahan pokok sehari-hari.Â
Tidak lupa juga uang sekolah bagi anak-anaknya, cicilan motor, dan sederet utang yang harus ia bayar tepat waktu.