Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Utang Indonesia, Belajar dari Kebangkrutan Sri Lanka

14 April 2022   20:27 Diperbarui: 16 April 2022   07:15 2929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi utang negara terus naik. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Tergantung dari perbandingan pertumbuhan ekonomi dan defisit neraca perdagangan. Pertumbuhan ekonomi 2021 adalah sebesar 3,69%. Sementara secara keseluruhan, Indonesia juga mengalami surplus neraca perdagangan sebesar 35,34 miliar dollar AS. Sumber: bi.go.id

Dengan kata lain, penambahan utang pemerintah memberikan sesuatu yang bermanfaat. Beberapa negara di dunia bahkan mengalami minus pertumbuhan ekonomi dan neraca perdagangan juga defisit.

Bagaimana dengan Sri Lanka?

Menarik melihat jika Rasio Utang Terhadap PDB Srilanka juga bukan tertinggi. Data terakhir yang saya dapatkan pada 2020, "hanya" sebesar 60,9% saja.

Sayangnya saya kesulitan mendapatkan data terbaru. Tapi, sejak 20 tahun terakhir rasio ini naik-turun di angka 54% hingga 67%.

Seperti yang dilaporkan, Srianka mengalami kondisi gagal pembayaran utang. Cadangan negara tersebut adalah 2,31 miliar dollar AS. Sementara utang yang harus dibayar sekitar US$ 4 miliar.

Apa yang terjadi?

Produk Domestik Bruto Srilanka mayoritas berasal dari ekspor tanaman pertanian, seperti kopi, teh, karet, dan rempah-rempah. Devisa lainnya berasal dari sektor parawisata.

Selama Covid, pendapatan negara menurun drastis. Cadangan devisa anjlok hampir 70% dalam dua tahun.

Sektor pariwisata terpuruk, sementara ekspor tidak digiatkan. Sejak 2009, pemerintah lebih memilih berfokus menjual hasil pertaniannya ke luar negeri.

Akibatnya, pemerintah kekurangan mata uang asing untuk membeli barang impor. Padahal penduduk Srilanka masih bergantung pada impor bahan-bahan pokok, seperti bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun