Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Utang Indonesia, Belajar dari Kebangkrutan Sri Lanka

14 April 2022   20:27 Diperbarui: 16 April 2022   07:15 2929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi utang negara terus naik. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Gus Dur mewarisi duka masa lalu, tapi hanya sebentar saja. Karena sejak saat itu, Rasio Utang Pemerintah terus menurun hingga era SBY. Pada tahun 2012, rasio ini sisa mencapai 23%.

Lalu naik lagi pada 2013 (24,9%), kemudian turun sedikit pada 2014 (24,74%). Sejak saat itu, Rasio Utang Pemerintah terhadap PDB terus naik hingga saat kini.

Utang Indonesia, Belajar dari Kebangkrutan Srilanka (gambar: republika.co.id)
Utang Indonesia, Belajar dari Kebangkrutan Srilanka (gambar: republika.co.id)

Adakah yang perlu dikhwatirkan?

Mengutip laman Kemenkeu.go.id Utang akan menjadi baik jika dikelola baik. Dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan produktif dan memiliki efek jangka panjang. Di antaranya adalah untuk kesehatan, pendidikan, dan juga Infrastruktur.

Lantas mengapa negara berutang?

Masih dari laman yang sama, ada dua penyebab. Yang pertama adalah kebijakan fiskal Indonesia yang agresif. Dimana Belanja Negara lebih besar dari Pendapatan Negara. Hal ini dilakukan agar ekonomi tetap bertumbuh.

Kedua, Indonesia masih ketinggalan infrastruktur. Konektivitas menjadi masalah, sehingga biaya transportasi menjadi mahal. Jadilah, jalanan, jembatan, MRT hingga rel kereta api digebyer, agar pertumbuhan ekonomi juga tercapai.

Indonesia bukan yang tertinggi

Kendati demikian, Rasio Utang pemerintah masih belum yang tertinggi. Melansir data dari Kompas.com, masih ada Perancis (110,01%), ada Italia (148,84%), dan ada Jepang sebagai yang tertinggi (177,08%)

Melihat kondisi Jepang dan negara lainnya, apakah ini berarti kita bisa menarik napas lega?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun