Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membangun Tulisan dengan Unsur Kejut, Semoga Anda Terkejut

2 April 2022   12:27 Diperbarui: 2 April 2022   13:11 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam sebuah ruangan kelas, anak-anak duduk belajar. Seorang guru berdiri di depan, mengajarkan mata pelajaran biologi yang sepertinya membosankan.

Ketika sang guru menerangkan tentang anatomi tubuh manusia, ia menyelutuk, "anak-anak semua, kalian pasti tahu jika nganu tidak saja dipakai untuk kencing..."

Sontak seiisi kelas pun tergelak. Guru tersebut mungkin tidak bermaksud melucu, tapi bagi siswa itu adalah sesuatu.

Ada yang kaget, ada yang tersipu malu. Ada yang bengong, ada pula yang terangsang. Eh...

Kisah pembuka ini saya pilih menjadi contoh tentang "unsur kejut" yang akan saya bahas. Tentang bagaimana membuat pembaca tetap berada pada koridor saat sedang membaca tulisan kita.

Suasana "kelas" yang hambar, hanya akan membuat pembaca ambyar. Alih-alih berharap tulisan kita dibaca. Dilirik pun ogah.

Sudah banyak tips tentang menulis. Ada empat syarat utama yang harus terpenuhi agar tulisan menarik. Salah satunya dari Kompasianer I Ketut Suweca.

Sila baca di sini: Kita Menulis Artikel Opini yang Menarik dan Berkesan

Dalam tulisan tersebut, beliau telah membahas mengenai judul, lead, dan ending. Tidak lupa juga isi yang bernas, agar pembaca bisa memahami dengan jelas.

Saya seratus persen setuju. Tentu!

Dan pada tulisan kali ini, saya akan membahas tentang bagaimana membuat tulisan yang menarik dengan memasukkan "unsur kejut."

Apa itu Unsur Kejut?

Sesuatu yang mengejutkan tentunya. Tapi, lebih daripada itu. Pembaca akan penasaran dan menelusuri tulisanmu. Lebih baik begitu daripada ia mati penasaran.

Sobat, membuat artikel itu tiada bedanya dengan membangun jembatan. Jika ingin diseberangi, maka ia harus utuh, nyaman, dan aman tentunya.

Namun bukan hanya itu saja. Bayangkan begini...

Eh, ternyata ada lampu-lampunya. Eh, ternyata ada karpetnya. Eh, ternyata gordennya juga mahal. Eh, ada jualan minyak goreng... Dan ratusan Eh...

Ada unsur kejut di sana.

Namun sebelum kita membahas unsur kejut, ada baiknya kita bangun dulu pondasi jembatan tulisanmu. Untuk itu, ada dua caranya.

Satu, Jangan Panjang-Panjang

Bangunlah kenyamanan bagi mereka yang menitinya. Setiap bagian seharusnya tidak terlalu panjang. Ada rumus sederhana dari Daeng Khrisna Pabichara.

Beliau bilang begini;

"Jangan lebih dari 13 kata dalam sebuah kalimat. Jika lebih, gunakan tanda titik atau koma sebagai pemisah.

"Jangan lebih dari 5 kalimat dalam satu alinea. Jika lebih, penggallah menjadi paragraf baru.

Dua, Percantik Jembatan Tulisanmu

Beli cat di pasar baru, jangan lupa kenalan dengan cewek ayu. 

Kiro-kiro begitulah...

Ada ilmu yang saya dapat dari Ita Sembiring, penulis novel dan juga teman seperjuangan di IPSA (Indonesian Professional Speakers Association).

Beliau bilang begini;

"Jangan gunakan kata yang sama dalam satu paragraf. Ada sinonim yang bebas dicari."

"Jangan gunakan kalimat yang mengandung makna yang sama berulang-ulang."

Penulis akan bosan. Bahaya! Tulisan yang terlalu panjang akan membuat pembaca bengong. Kaburlah mereka.

Tulisan yang monoton, terisi dengan kata atau kalimat yang sama akan membuat konsentrasi pembaca buyar. Terpujilah mereka.   

Kedua hal ini adalah syarat utama untuk membangun jembatan tulisan yang kuat. Setelah itu, Anda tidak butuh lagi Obat Kuwat merek Acek. Eh...

Tiga, Memajang Aksesoris

Agar pembaca tidak berhenti di tengah jalan tulisanmu, maka hiburlah mereka sehingga selamat sampai tujuan. Ada empat cara yang biasa saya gunakan.

Rima Kata Memanjakan Pembaca

Artinya; Pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan (KBBI).

Ini mah jagonya para fiksianer. Cobalah baca tulisan puisi. Aduhai, melayanglah diriku ini. Kuncinya berada pada pemilihan diksi yang tepat, dan juga rima kata.

Tidak ada salahnya memilih diksi yang mengandung rima dalam tulisan. Memanjakan pembaca nicaya masuk surga, membingungkan pembaca jangan lupa ada neraka.

Pemilihan Diksi yang Berani

Seringkali kita terjebak dengan kata yang itu-itu saja. Untuk itu, perlulah kita banyak membaca sembari menambah tabungan kosakata kita.

Setelah itu, jangan segan-segan untuk menambah diksi yang berani. Seperti apa itu?

Memilih diksi memang tidak semudah merayu kekasihmu. Tidak semua manusia bisa percaya gombalanmu. Salah sedikit, tinggal menunggu tamparan di pipimu. Bukan hanya satu, tapi ratusan pembacamu.

Ini salah satu. Mau contoh diksi yang lebih berani lagi?

Memilih diksi yang berani itu memang tidak semudah melepas daleman. Kadang ia membutuhkan campuran minyak laknat dan sedikit air sisa comberan. Cobalah benamkan kedalam tubuhmu, jangan lupa menaikkan restleting otakmu sesudahnya.

Akan tetapi...

Jangan sesekali memilih diksi yang berani pada saat jiwamu sedang merontak. Menulis artikel harus penuh ketenangan, pertimbangan, dan juga kehendak yang baik. Jika tercampur emosi negatif, maka tulisanmu akan menyerupai makian. Santai, sobat!

Gunakan Kata dan Kalimat Ekspresif

"[...] Tidak seperti diriku, wajahnya bloon. Hahahaha..."

Hati-hati. Tidak lucu! "Hahahaha" menurut saya adalah pemilihan kata yang paling ambyar dalam sebuah tulisan.

Apakah Anda yakin jika kalimatmu lucu? Apakah Anda tahu jika pembaca akan tertawa membacanya? Kalau tidak, maka Anda hanya tertawa sendiri. Sekali lagi, Tidak lucu!

Beda jika Anda sedang berbicara. Ketawa Anda kemudian menular, membuat seisi ruang bergetar. Tapi, tidak dalam tulisan.

Tentu saja kita mau jika tulisan kita bisa mendapatkan "soulnya." Jika Anda bermaksud sedih, maka pembaca akan termehek-mehek. Jika Anda bermaksud lucu, maka pembaca akan senyum-senyum sendiri.

Ada caranya, gunakan kata atau kalimat ekspresif. Selain pemilihan diksi yang tepat, saya biasa menggunakan ungkapan yang ekspresif juga.

Umumnya saya letakkan pada akhir kalimat. Diikuti dengan titik, atau koma. Jika Anda jeli, ada beberapa contoh dalam tulisan ini. Tapi jika Anda masih kurang memahami, sila menghubungi ahli neurologi.

Kata atau kalimat ekspresif juga memiliki fungsi lain. Tulisan Anda akan mengalir santai dan dibaca seperti mendengarkan percakapan sehari-hari. Cobalah praktik.

Masukkan Informasi yang relevan, dan juga bikin penasaran

Untuk hal yang satu ini, seringkali saya gunakan dalam penulisan artikel serius. Contohnya begini;

Ketika saya membahas tentang pergantian nama, saya menulis bahwa Soekarno bukanlah nama asli. Dulunya adalah Koesno Sosrodiharjo. Begitu pula Mulyono yang berubah menjadi Joko Widodo.

Ketika saya membahas mengenai Sudjono Hoemardani, penasehat spiritual Soeharto, saya memasukkan sedikit informasi bahwa ia adalah mertua Fauzi Bowo, Gubernur DKI terdahulu.

Informasi unik ini tidak saya bahas dalam paragraf tersendiri. Saya justru sisipkan sebagai informasi tambahan dalam kaimat yang sederhana. Tujuannya? Biar orang kaget dan terkejut.

**

Nah, inilah cara membuat unsur kejut di dalam tulisan. Lalu dimana unsur kejutnya? Cobalah baca beberapa tulisanku, Anda akan terkejut-kejut.

Tapi tentu tidak semuanya. Lebih banyak sih yang modelnya seperti ramalan buntut. Carut marut kayak badut yang tidak lucu.

Jadi, sudahlah. Yang penting tulisan ini kubuat saja, siapa tahu bisa jadi AU. Eh...

**

Acek Rudy for Kompasiana

  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun