Perbincanganku dengan Bang Azmi berlanjut kepada kisah hidup sang bos Sinar Mas. Dari kiprahnya sewaktu masih menjadi pedagang pasar di Kota Makassar, hingga sejarah hidupnya yang luar biasa.
Eka Tjipta Widjaja bernama asli Oei Ek Tjhong. Paling tidak, itulah nama yang dikenal oleh kakek saya. Nama yang akrab terdengar oleh komunitas Tionghoa Makassar.
Tapi, sepertinya nama Indonesianya-lah yang berkaitan erat dengan kisah kesuksesannya. Eka berarti satu. Ia adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Tjipta untuk mengingatkan dirinya agar senantiasa berkarya.
Sementara Widjaja adalah penggabungan dari nama marganya Oei (baca: wi) dan Djaja yang berarti Berjaya.
Kendati demikian, nama bukan menjadi jaminan hoki yang ia miliki. Semuanya dicapai melalui perjuangan yang tidak sedikit.
Ia adalah anak dari seorang imigran yang datang dari provinsi Fujian, Tiongkok ke Kota Makassar pada tahun 1930. Saat itu, Eka baru berusia sembilan tahun.
Ayahnya menjadi pedagang barang kelontong. Bisnis sulit berkembang. Untungnya sedikit, pengeluarannya besar. Tak jarang sang ayah sampai harus berutang.
Terdesak oleh kondisi ekonomi, Eka Tjipta harus turun tangan membantu ayahnya pada usia yang relatif masih muda. Ia menjajakan barang dagangannya dengan mengendarai sepeda, berkunjung dari rumah ke rumah.
Modalnya adalah kepercayaan. Karena Eka dinilai jujur dan ulet, para pemasok dengan mudah memberikan barang dagangan yang bisa dibayar setelah laku.
Dengan usahanya ini, Eka mampu melunasi seluruh utang-utang ayahnya. Ia bahkan mampu mengumpulkan tabungan dan modal kerja usaha.