Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keseringan Mandi adalah Efek dari Nonton Sinetron Berseri

9 Januari 2022   08:30 Diperbarui: 9 Januari 2022   08:35 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keseringan mandi efek sinetron berseri (dailymail.co.uk)

Keringat itu alamiah, tapi juga bisa menjadi sumber malapetaka. Badan bau, terutama di daerah yang ada lipatannya. Ketiak atau selangkangan.

Bakteri yang terkandung dalam keringat berguna bagi tubuh. Tapi, dalam jumlah yang wajar. Karena yang terlalu banyak akan beresiko meimbulkan infeksi pada kulit.

Dengan demikian, maka seharusnya perdebatan sering mandi vs jarang mandi tidaklah perlu. Mandi sewajarnya tergantung kondisi perorangan.

Tapi, omelan istriku gamang terdengar. Setiap kali diri mengambil handuk, pertanyaan "mandi lagi?" serasa geledek di tengah kuburan.

"Emangnya kenape?" Diriku bergumam dalam hati.

Tidak mungkinlah dibantah.  Bisa-bisa jatah sekampung sisa telur ayam kampung. Jangan sampai episode Layangan Putus terjadi di dalam rumah. Panjang berseri.

Lalu, setiap kali sembahyangan leluhur di rumah, diri selalu bertanya dalam hati. Seberapa seringkah engkong pe engkong pe engkong mandi?

Jika mereka bisa menjawab, mungkin ini yang disampaikan; "Buyut dulu jarang mandi, juga tidak apa-apa." Bayangan wajah istri pun muncul terlintas. Tersenyum sinis dengan wajah bengis.

Penulis pun terbangun dengan napas tersengal-sengal.

Tentu, perbedaan zaman tidak bisa dijadikan patokan. Leluhur zaman dulu juga tidak mengenal televisi, internet, ataupun obat diet.

Alias, fasilitas yang tersedia tidaklah seindah masanya. Mandi dari sumur, sabun pun bisa terukur. Air tidak bersih, kata sampo pun belum bisa diucapkan fasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun