Dalam Alkitab dijelaskan bahwa Yesus disalib bersama dua pejahat (di sebelah kiri dan kanannya). Namun, keberadaan kedua orang tersebut masih menjadi misteri. Tersebab, baik Alkitab maupun ahli sejarah tidak pernah membahas identitas mereka.
Dalam Alkitab, hanya dijelaskan mengenai perbincangan Yesus yang terakhir dengan mereka sebelum meninggal.
Salah satu penjahat berani menantang Yesus, "jika kamu benar-benar Kristus, bebaskan diri dan juga kami."
Sementara penjahat lainnya lagi hanya meminta Yesus untuk mengingat-ingat dia di surga.
Nah, Carrol dengan cerdas mengisi "kekosongan" ini. Penjahat yang menantang Yesus disebutkan sebagai tangan kanan Ahmed yang teroris. Sementara penjahat yang satunya lagi tiada lain adalah Brandt yang insaf.
Aneh, apakah memang benar begitu? Entahlah.
Kendati demikian, menurut penulis, idealisme Caroll tidak sepenuhnya idealis.
Mengapa harus mengulik Ahmed yang ekstrimis muslim, lantas buru-buru menjelaskan bahwa Ahmed bukanlah Muslim sesungguhnya. Seolah-olah khwatir dengan fenomena Islamphobia yang sensitif, namun tetap mengangkat isunya.
Jika mau berfokus kepada kebencian terhadap Kristen, teroris Islam tidak perlu ditonjolkan. Masih banyak orang gila di luar sana, tanpa agama, dengan kebencian yang mungkin lebih parah.
Menurut penulis, apalagi jika bukan ingin viral. Tanggung terasa!
Akhir kata, ide film ini memang menarik. Tapi, apakah menarik untuk ditonton? Entahlah, penulis tidak menontonnya hingga habis. Sudah keburu tidur....