Meskipun tidak relevan, ditambahkanlah sedikit asesoris. "Owe jual hape jadul, tapi ente dapat bonus gelas BTS, bagus waaaa (sambil tertawa dalam hati).
Licik? Biarin aja. Toh, ada admin yang menilai. Pantas masuk topil atau nggak. Eh... Acek tua kadang memang licik.
Artinya apa? Jika mau tulis apa pun tidak usah pusing dengan teknologi pendukung. Tuliskan saja. Tidak usah pula terpaku dengan Topil. Mending ngupil saja sambil cari ide, apa yang mau ditulis.
Jadi ingat omongan si dedek Widha Karina, "apa motivasimu menulis?" Sejujurnya, Acek suka bikin rusuh. Enak rasa e.
Menjadi bagian dari keluarga besar di Kompasiana adalah berbagi. Jadi, kalau yang ditulis seputaran tip dan trik, mungkin akan bermanfaat bagi para pembaca.
Kompasiana adalah medsos yang seharusnya memikat dengan citra yang positif. Alias #opini bermakna. Tapi, pertanyaannya, siapakah pembaca Kompasiana? Untuk yang satu ini hanya Mimin yang paham.
Acek menulis untuk siapa? Untuk semua Kompasianer yang rajin berkunjung. Banyak orangnya, meskipun tidak semua vote dan komentar.
Tapi, ada juga yang nyata. Mereka adalah deretan seratusan orang yang namanya mampu diingat oleh bundaku, Roselina Tjiptadinata.
Sayangnya, Acek bukan promotor. Andaikan Acek buka warung makan, maka Acek hanya akan menulis sesuai selera mereka yang rajin blogwalking, menyapa Acek.
Bagaimana mungkin kita bisa memberikan yang terbaik, jika tidak mengetahui selera pelanggan? Saya rasa prinsip dagang juga begitu bukan?
Jangan harap dagangan bisa laku, jika yang dijual hanya itu-itu saja. Jadi, kalau ada topil dan semua lapak jualan barang yang sama, Acek sedih.