Maknanya apa? Menurut teori konspirasi ala Acek, ini adalah teori perimbangan. Tapi, hanya praduga tak berdasar saja. Kompasianer baru dan lawas harus digabung agar kedua generasi terwakilkan.
Jika teori tak bermutu ini benar, maka saya mengacungkan jempol kepada admin.
Fenomena Perimbangan Gender
Sayangnya... perimbangan ini tidak terjadi pada gender. Memang sedikit lebih bagus dari tahun lalu (2020), dimana hanya dua wanita yang masuk kategori. Mereka adalah Dewi Puspasari dan Hennie Triana.
Saya masih ingat, Ruang Berbagi (Romo Bobby) pernah menuliskannya. Cuman isinya apa, lupa saya. Hal yang sama juga menjadi perhatian Gaganawati Stegman, Kompasianer of The Year 2020. Untungnya ia menang. Mba Gana demikian aku memanggilnya mewakili pencapaian tertinggi K-Award. Dan ia adalah wanita.
Pada tahun ini (2021), jumlahnya naik dua kali lipat menjadi 4 orang. Tapi, tetap saja kurang. Apa yang terjadi? Padahal Mba Widha Karina pernah menjelaskan jika komposisi pembaca wanita di Kompasiana sekarang mendominasi. Mencapai angka 56%. Entahlah, biar menjadi masukan kepada admin saja.
Fenomena Noise vs Voice
Engkong Felix baru saja menyinggungnya dalam artikelnya (klik di sini). Engkong yang mengaku jika ia adalah produsen noise ini mengatakan,
"Wajar sebenarnya bila Engkong gagal menjadi nomine K-Award K'nival 2021 ini. Tak ada tempat untuk produsen noise di K'nival 2021. Itu rumah bagi produsen voice. Dan semua nomine 2021 itu, menurut Engkong, memang produsen voice terbaik di K sepanjang tahun ini. Engkong dukung kalian semua!"
Sejujurnya, secara pribadi saya merasa diriku juga masuk dalam golongan noise. Beberapa artikel yang kubuat sambut menyambung dengan milik Engkong.
Namun, ini bukan untuk protes. Seperti yang saya sebutkan, keputusan admin saya hargai sepenuhnya. Nah, sebagai produsen noise, saya bisa merasakan sesama produsen noise. Auranya kedeteksi.