Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Disklaimer K-Award dan Spoiler Kner of The Year 2021

19 November 2021   06:02 Diperbarui: 19 November 2021   06:45 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spoiler dan Disklaimer Kompasianer of The Year 2021 (kompasiana.com)

Rasa penasaran selama seminggu terjawab sudah. Kompasiana baru saja mengumumkan para nominee Kompasiana Award 2021. Rencananya, pemenangnya akan diumumkan pada tanggal 27 November 2021 secara vitrual.

Hanya 20 nominee dari ratusan Kners yang berpotensi. Tentu ada kekecewaan. Sebabnya tidak semua orang memiliki opini yang sama.

Tapi, itulah kenyataannya. Hak Kners mengajukan nominasi plus hak prerogatif admin membuat banyak hati bergembira, tapi tidak sedikit juga yang sedih tak terkira.

Saya secara pribadi cukup menghargai keputusan admin. Meskipun tidak semua, tapi kebanyakan nama yang muncul memang "jagoan" yang sudah saya ramal sebelumnya. Tidak percaya? Sila klik tulisan di bawah ini.

Baca juga: 10 Kompasianer Muda ini Berpotensi Meraih Penghargaan

Analisis ini akurasinya cukup tinggi. Dari 10 calon yang saya prediksi, 6 diantaranya masuk nominee. Bukan sulap bukan sihir, ini hanya sekadar pengamatan saja.

Fenomena Kompasianer Baru

Ke-10 sosok yang saya analisis semuanya berasal dari kelas 2020 (bergabung pada tahun 2020). Fenomena ini terasa masuk akal, karena mereka yang baru bergabung di K biasanya memiliki euforia tersendiri. Dunia baru, kawan baru, dan tempat berekspresi yang baru.

Dengan semangat berkobar, mereka akan mengerahkan yang terbaik. Sebagai pendatang baru, mereka juga "tahu diri." Blogwalking menjadi ajang bersilaturahim kepada para penulis senior. Tidak heran mereka mudah dikenal.

Thus, penulis baru biasanya membawa warna baru. Pengetahuan baru, ataupun tren baru. Tonny Syiariel mampu menghidupkan artikel wisata dengan foto-fotonya yang menawan. Wuri Handoko bisa menjadikan arkeologi bertema santai. David Abdullah mewakili generasi milenial yang piawai berkisah melalui tulisan.

Selain itu, ada pula sederet nama yang masuk dalam kategori "khusus". Mereka adalah para penulis anime. Ilham Maulana, Dani Ramdani, dan Steven Chaniago adalah 3 yang teratas. Sayangnya sempat terjadi insiden kecil. Jika tidak, saya yakin salah satu di antara mereka akan jadi nominee.

Fenomena Kompasianer Lawas

Bagaimana dengan para penulis lawas? Mungkin disamakan perspektifnya terlebih dahulu. Selawas apakah yang dimaksud? Oke, sila lihat tabel sederhana di bawah ini.

sumber: dokumen pribadi
sumber: dokumen pribadi

Katakanlah yang lawas adalah mereka yang bergabung di Kompasiana di atas 5 tahun. Ada 7 nama di sana.

Kompasianer-kompasianer ini layak diberikan apresiasi. Mampu bertahan begitu lama, tiada lain karena rasa cinta mereka pada literasi. Mereka pun sering terpantau dalam radar. Tulisannya bernas, masuk kolom terpopuler, mendapat nilai tertinggi, dan sering HL pula.

Fenomena Perimbangan Usia

Menariknya, jika Anda perhatikan secara seksama, pada setiap kategori, selalu ada seorang Kompasianer lawas (kategori I)

Pada Kategori Best in Fiction, ada Pical Gadi (2013). Pada Kategori Citizen Journalism ada Widi Kurniawan (2010). Pada Kategori Opini ada Muhammad Natsir Tahar (2013).

Pengecualian hanya pada kategori Best in Spesific Interest. Ada 4 Kompasianer lawas di sana: Adica Wirawan (2012), Irmina Gultom (2012), Indra Mahardika (2014), dan Deddy Huang (2010).

Meskipun saya menyayangkan dua nama yang hilang, yakni Celestine Patter (spesialis hotel), dan Desy Indah Hani (psikologi populer). Keduanya adalah wanita dan berasal dari Class of 2020.

Maknanya apa? Menurut teori konspirasi ala Acek, ini adalah teori perimbangan. Tapi, hanya praduga tak berdasar saja. Kompasianer baru dan lawas harus digabung agar kedua generasi terwakilkan.

Jika teori tak bermutu ini benar, maka saya mengacungkan jempol kepada admin.

Fenomena Perimbangan Gender

Sayangnya... perimbangan ini tidak terjadi pada gender. Memang sedikit lebih bagus dari tahun lalu (2020), dimana hanya dua wanita yang masuk kategori. Mereka adalah Dewi Puspasari dan Hennie Triana.

Saya masih ingat, Ruang Berbagi (Romo Bobby) pernah menuliskannya. Cuman isinya apa, lupa saya. Hal yang sama juga menjadi perhatian Gaganawati Stegman, Kompasianer of The Year 2020. Untungnya ia menang. Mba Gana demikian aku memanggilnya mewakili pencapaian tertinggi K-Award. Dan ia adalah wanita.

Pada tahun ini (2021), jumlahnya naik dua kali lipat menjadi 4 orang. Tapi, tetap saja kurang. Apa yang terjadi? Padahal Mba Widha Karina pernah menjelaskan jika komposisi pembaca wanita di Kompasiana sekarang mendominasi. Mencapai angka 56%. Entahlah, biar menjadi masukan kepada admin saja.

Fenomena Noise vs Voice

Engkong Felix baru saja menyinggungnya dalam artikelnya (klik di sini). Engkong yang mengaku jika ia adalah produsen noise ini mengatakan,

"Wajar sebenarnya bila Engkong gagal menjadi nomine K-Award K'nival 2021 ini. Tak ada tempat untuk produsen noise di K'nival 2021. Itu rumah bagi produsen voice. Dan semua nomine 2021 itu, menurut Engkong, memang produsen voice terbaik di K sepanjang tahun ini. Engkong dukung kalian semua!"

Sejujurnya, secara pribadi saya merasa diriku juga masuk dalam golongan noise. Beberapa artikel yang kubuat sambut menyambung dengan milik Engkong.

Namun, ini bukan untuk protes. Seperti yang saya sebutkan, keputusan admin saya hargai sepenuhnya. Nah, sebagai produsen noise, saya bisa merasakan sesama produsen noise. Auranya kedeteksi.

Saya setuju dengan Engkong, karena menurut pendapatku, dari 20 peserta yang masuk nominasi, hanya 3 produsen noise saja. Namanya tidak kusebutkan untuk alasan etika. Tapi, jika kamu penasaran lihat saja yang tampangnya mupeng (muka pengen), murem (muka serem), dan mumeng (muka meong).

Mungkin ini senada dengan keinginan admin untuk menjadikan rumah bersama ini sebagai rumah akur. Jika memang demikian, saya dukung sepenuhnya.

Disklaimer Kompasianer of The Year

Boleh dong berandai-andai. Ada 4 jagoan yang muncul di kepalaku. Analisisnya sederhana, berdasarkan perasaan saja. Tapi, bukannya tidak mendasar. Ada logika argumen versi Acek-nya alias Logical Fallacy.

Roselina Tjiptadinata

Saya memilih Bu Roselina Tjiptadinata karena ia mewakili kaum wanita. Banyak penulis perempuan yang hebat di K, tapi tidak banyak yang konsisten menulis. Bunda Rose salah satu dan satu-satunya.

Ini adalah pendapat pribadiku, tapi saya juga tidak ceroboh mengeluarkan argumentasi ini. Semoga besok atau besok Anda bisa menikmati hasil wawancaraku dengan beliau yang akan terbit di akun Inspirasiana. Pantaslah beliau menjadi Kners of The Year.

Felix Tani

Saya memilih Felix Tani yang bukan Engkong. Kenapa? Karena Engkong identik dengan noise van bekicot. Sementara Felix Tani adalah pribadi intelektual yang penuh ide kreatif.

Tulisannya bukan hanya tentang opini saja. Ia juga bisa menelurkan novel Poltak berseri yang sudah sampai ke level 81. Ilmu Sosiologi mampu dibuat santai. Membuat yang mumet jadi lemas gemulai.

Ia juga mampu menjadi influencer di K. Kritikannya yang tajam tapi penuh canda banyak dibaca orang. Ia juga mampu menciptakan "dunia lain" di K yang bernama Gang Sapi. Pantaslah beliau menjadi Kners of The Year.

Susy Haryawan

Saya memilih Susy Haryawan mengingat ada missing link selama 2021. Artikel politik yang dulunya jadi raja, tetiba tergantikan dengan tip n trik. Banyak penulis politik yang sakit hati dan akhirnya hilang entah kemana. Tulisan mereka dikarantina atau tidak dilabelin.

Namun, akhir-akhir ini tulisan politik kembali ramai. Anda bisa lihat pada kolom terpopuler. Menggantikan tulisan anime yang sempat jadi raja. Nah, di antara penulis politik, adalah Om Susy yang kurasa paling kosisten.

Susy ini pernah menang Best Opinion. Lupa di tahun berapa. Apakah ia lantas tidak bisa terpilih menjadi Kners of The Year lagi? Entahlah, yang pasti pantaslah beliau menjadi Kners of The Year.

Ruang Berbagi dan Inspirasiana

Tahun ini ada pengumuman Best Community. Tanpa mengecilkan kehebatan komunitas lainnya, saya memilih Inspirasiana (INA) sebagai pemenang. Sebabnya INA mampu membawa sesuatu yang berbeda.

Di saat komunitas lainnya melakukan lomba menulis dan webinar, INA hanya menulis dan menulis. Para anggotanya hanya perlu menyetor tulisan untuk ditayangkan pada akun bersama ini.

Tapi, coba lihat. Tulisan INA sering bertenger di kolom-kolom ekslusif. Membuat komunitas ini cukup menonjol. Kegiatan mereka pun nyata. Membangun literasi, membuat buku, dan mendukung berdirinya perpustakaan di tempat terpencil.

Mengapa Ruang berbagi? Karena Romo Bobby adalah otak yang menelurkan ide ini. Jadi pantaslah Inspirasiana menjadi Best Community dan Romo Bobby terpilih menjadi Kompasianer of The Year 2021.

**

Jika Anda jeli, pada tulisan ini saya tidak menggunakan Acek sebagai rujukan diriku. Tidak seperti biasanya. Mengapa? karena tulisan ini dimaksudkan untuk serius. Jika muncul kata Acek, ntar kamu, kamu, dan kamu ngeres lagi.

Jadi, yauda. Sekali-kali Acek bikin opini yang serius napa sih!

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun