Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keperawanan di Mata Lelaki dan Wanita, Antara Ada dan Tiada

5 September 2021   05:43 Diperbarui: 5 September 2021   05:48 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai di sini saya enggan berkomentar. Perdebatan yang terjadi di antara dua kubu, sebaiknya disikapi bijak.

Mungkin yang dimaksudkan dalam tes ini adalah untuk menjaga akhlak dan moral seorang wanita. Mempersembahkan kesucian sebelum hari pernikahan secara jamak bisa diartikan "tidak bermoral."

Tapi, apakah semua wanita yang tidak perawan itu tak bermoral?

Hal ini diprotes oleh Harry kawan saya (nama samaran). Ia mengaku telah merengut keperawanan istrinya sebelum mereka resmi menikah. Ia keberatan jika istrinya disebut sebagai wanita tidak bermoral.

Tapi, lain lagi bagi Herman (nama samaran). Ia mengecap Harry dan istrinya tidak bermoral. Mereka seharusnya tidak melakukannya meskipun pada akhirnya menikah juga.

Pendapat Harry dan Herman adalah contoh sederhana bagaimana masalah keperawanan menjadi kasus yang "antara penting dan tidak penting."

Kendati demikian, itu adalah urusan pribadi dan pasangannya. Bukanlah urusan orang lain untuk melakukannya.

Menariknya, dr. Robbi Asri Wicaksono, spesialis obgyn mengatakan jika tes keperawanan tidak ada dasar medisnya.

"Secara ilmu medis, tidak ada yang namanya keperawanan, tidak ada tes keperawanan, dan tidak ada karakteristik perawan."

Jadi kalau selaput dara diasosiasikan dengan maksud keperawanan secara umum, maka itu salah.

Dalam kasus pemerkosaan sekali pun, dokter pemeriksa hanya bisa mengeluarkan pernyataan tentang kondisi vagina dan selaput dara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun