Tanpa barang bukti, Issei hanya bisa didakwa sebagai seseorang yang memiliki kelainan seksual. Ia pun didakwa bebas. Termasuk hasil tes kesehatannya, Issei dinyatakan waras dan tidak perlu masuk rumah sakit jiwa.
**
Selama ditahan di Prancis, Inuhiko Yomota, seorang penulis terkenal Jepang mengunjunginya. Inuhiko ingin membuat buku tentang Issei Segawa lengkap dengan ilustrasi-ilustrasinya. Judulnya "In The Fog."
Bukannya menjijikkan, buku tersebut justru laris di Jepang. Jadilah Issei Segawa sebagai seorang selebriti dadakan. Ia diundang ke stasiun-stasiun televisi dan radio untuk wawancara. Â
Kisahnya menginspirasi berbagai film, dokumenter, dan juga program televisi di seluruh dunia. Ia juga sempat menjadi bintang film yang bertema sadis. Issei berperan sebagai lelaki yang menderita Sadomasokis.
Aksinya juga menjadi sumber inspirasi dari beberapa lagu terkenal, seperti; Too Much Blood (Rolling Stones, 1983), dan Dinner with Renee (Human Factors Lab, 2004).
Issei juga menulis bukunya sendiri. Tentang pengalaman dan kesaksiannya. Juga sebuah buku tentang pembunuhan anak-anak di Kobe (1997). Tak lupa juga ulasan rutin restoran-restoran untuk majalah terkenal Jepang.
Kendati demikian, tidak semua juga orang yang bersimpati padanya. Kerjanya sebagai selebriti tentu hanya dadakan saja. Ketika ia mencoba mencari pekerjaan halal, ia banyak ditolak gegara reputasinya.
Pada tahun 2005, kedua orangtuanya meninggal. Issei akhirnya hidup sendiri dan mengubah identitasnya. Ia tetap dalam pengawasan pemerintah.
Setelah menjual semua rumah, ia pindah ke apartemen khusus yang disedikan oleh pemerintah Jepang.
Meskipun tidak pernah lagi menjadi kanibal selama berada di Jepang, Issei Segawa tidak pernah berhenti mengungkapkan obsesinya yang selalu tertahan. Terlebih jika melihat wanita cantik.