Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hikayat Usia Manusia, Alasan Mengapa Hanya 70 Saja

16 Agustus 2021   05:15 Diperbarui: 16 Agustus 2021   05:29 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: freepik.com

 

Ini adalah kisah tentang umur manusia. Tidak ada yang tahu mengapa hanya rerata 70 tahun saja.

Kata orang ada hitungan Angka Harapan Hidup. Berbeda pada tiap daerah maupun negara. Tetapi tetap, rerata 70 tahun.

Cara hitungannya menggunakan statitistik. Banyak faktor pendukung; Lingkungan, ekonomi, politik, kesehatan, dan beberapa lagi.

Namun, teori ini tidak menjelaskan semua hal. Mengapa 70? Bukan 80 atau 50? Jika tidak mau repot, bilang saja keinginan Tuhan.

Tapi, yang kritis tetap akan bertanya. Apa alasan Sang Pencipta? Mengapa 70? Bukan 80 atau 50? Repot!

Untuk itu, maka legenda China Kuno ini mungkin bisa membantu.

Suatu hari, Thian menciptakan dunia beserta seluruh isinya. Alam dan mahluk hidup. Tapi, pertanyaan yang paling susah adalah berapa lama usia mahluk-mahluk hidup bertahan. Untuk itu, sebelum menentukan Thian pun memanggil setiap mahluk berdiskusi.

Urutan pertama adalah keledai.

Ia bertugas untuk membantu manusia membawa barang bawaan berat. Dari pagi hingga malam.

Thian; "30 tahun."

Keledai: "Ya, ampun. Saya tidak mungkin hidup 30 tahun untuk mengangkat bawaan berat. Kalau pun saya istirahat, hanya tendangan dan makian yang kudapat."

Umurnya dikurangi 18 tahun. Sang keledai pun pergi dengan senang hati.

Urutan kedua adalah anjing.

Ia bertugas sebagai penjaga manusia. Menggongong jika ada orang asing, mengejar orang yang mencurigakan. Untuk hidup, ia harus menunjukkan kesetiaan. Agar tulang sisa daging bisa Ia peroleh.

Thian; "30 tahun."

Anjing; "Aduh, jangan gitulah, Baginda. Masa 30 tahun harus hidup jaga manusia. Makanannya tulang pula. Bagaimana kalau gigiku ompong, saya akan mati kelaparan."

Umurnya dikurangi 12 tahun. Sang anjing pun pergi dengan senang hati.

Urutan ketiga adalah monyet.

Thian sadar, dua hewan sebelumnya telah ia beri tugas berat, sehingga usia yang seharusnya menjadi anugrah pun ditolak mereka. Untuk monyet, ia menambah berkah bersenang-senang selama hidup.

Thian; "30 tahun."

Monyet; "Astaga, Thian. Benar tugas saya hanyalah loncat sana, loncat sini. Buah-buahan makananku pun tersedia cukup banyak. Seharusnya saya senang. Tapi, bukankah justru itu memalukan? Para manusia selalu menertawakanku."

Umurnya dikurangi 10 tahun. Sang monyet pun pergi dengan senang hati.

Yang terakhir adalah manusia.

Berbeda dengan ketiga mahluk sebelumnya, manusia datang dengan penuh antusiasme. Tidak ada keraguan, riang gembira, sehat walalfiat, dan tampak serakah.

Thian: "30 tahun. Jangan engkau kurangi lagi!"

Manusia: "Wah, tidak cukup Thian. Bayangkan, saya harus bekerja mengumpulkan uang untuk membangun rumah. Belum lagi menanam pohon buah yang baru tumbuh bertahun-tahun kemudian. Baru ingin menikmati hidup, masa saya sudah harus mati? Tidak terima, Thian!"

Thian: "Kalau begitu kutambahkan 18 tahun umur kedelai padamu."

Manusia: "Nggak cukup!"

Thian: "Punya anjing 12 tahun juga."

Manusia: "Belum cukup!"

Thian (dengan nada tinggi): "Ya udah, ini 10 tahun terakhir punya monyet. Itu yang terakhir.Titik."

Manusia yang takut Thian marah terpaksa menerimanya. Ia pun pergi dengan hati bersungut-sungut.

Jadilah usia 70 tahun yang dimiliki. Sejak saat itu, manusia hidup normal hingga berusia 30. Di sini, waktu berlalu dengan cepat.

Lalu 18 tahun kemduian mereka harus bekerja kayak kedelai. Beban di pundak serasa tidak ada habisnya.

Menyusul 12 tahun kemudian, cerewetnya minta ampun. Gonggong sana sini bagi yang ingin merebut hartanya. Terkadang juga harus hemat sehingga tulang bekas daging pun diembat.

Lantas 10 tahun terakhir, kerjanya hanya keluyuran sana sini, dan menjadi bahan tertawaan dari para cucu.

Nah, inilah legenda Angka Harapan Hidup manusia di dunia. Seharusnya kita bersyukur karena keledai, anjing, dan monyet yang datang duluan.

Coba bayangkan jika hewan yang menghadap duluan adalah ular, nyamuk, dan buaya. Mungkin saja kita harus berbisa, hisap darah, dan rakus untuk bertahan hidup.

Tapi, Eh... Ada manusia yang begitu ya?

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun