Malang bagi pelaku. Ia dipukul, babak belur,pingsan, dan diikat di depan Masjid Istana.
Tiga korban luka dibawa ke rumah sakit. Untungnya tidak ada yang meninggal.
Salat masih dilanjutkan, Idham Chalid masih sebagi imam. Tapi, Soekarno tidak lagi tampil. Seharusnya sang Presiden memberikan kata sambutan.
Jemaat pun membubarkan diri. Semua boleh pulang, kecuali yang tidak punya KTP. Harus menjalani pemeriksaan lanjutan.
Anggota polisi lanjut dengan menyisir lokasi. Sepucuk pistol ditemukan di bawah tikar alas shalat. FN-45, Senjata yang sama dengan yang digunakan pelaku.
**
Setelah upaya pembunuhan gagal, kegiatan Presiden Soekarno tidak bubar. Rapat Kabinet yang baru seminggu dibentuk tetap dijalankan. Juga sidang pengesahan pernyataan pemerintah tentang kebijakan ekonomi.
Para Pelaku
Pelaku yang tertangkap adalah anggota DI/TII pimpinan Kartosoewirjo. Mereka berjumlah 3 orang. Berhasil masuk ke dalam istana dengan undangan resmi.
"Diperoleh dari salah satu ormas," pungkas Mangil. Undangan tersebut atas nama Haji Bachrun. Ia tinggal di Bogor. Salah satu simpatisan DI/TII
Dari hasil pemeriksaan, salah satu pelaku mengungkap jika rencana pembunuhan seharusnya pada saat shalat Idul Fitri sebelumnya. Tanggal 9 Maret 1962.
Ada 9 eksekutor yang dipersiapkan. Bersenjatakan dua pucuk senapan mesin, lima pistol, dan satu granat. Namun, gagal karena sebagian anggota tertangkap.