Moersjid menolaknya. Ia berkata, "Ngapaian aku harus ikut." Ujar Siddharta, putra Moersjid seperti yang dikutip dari sumber (detik.com).
Menjadi Duta Besar untuk Filipina dan Insiden dengan Kemenlu AS
Tanggal 10 Maret 1967, Moersjid dilantik menjadi Duta Besar Indonesia untuk Filipina. Dua hari kemudian, Soeharto ditunjuk menjadi pejabat presiden.
Dua tahun lebih bertugas di Manila, terjadilah sebuah insiden di Manila International Airport. Dalam jamuan VIP yang dihadiri para Dubes, Moersjid dikenalkan dengan Marshall Green, Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat.
Sebelumnya, Marshal Green adalah Dubes AS untuk Indonesia pada saat meletusnya peristiwa G30S PKI.
Abdul Rasjid, putra Moersjid yang mendampingi ayahnya di ruangan tersebut mengisahkan kepada sumber (detik.com);
"Suasana yang ramai tiba-tiba menjadi hening. Moersjid tampak melotot ke arah Marshall Green. Sedetik kemudian, asisten Menlu tersebut balik badan meninggalkan ruangan."
Ternyata perselisihan tersebut ditenggarai oleh pertanyaan Marshall kepada Moersjid;
"How is the Bung doing," yang berarti "Bagaimana kabar Bung" (Bung Karno).
Moersjid langsung tersinggung atas pertanyaan Marshall yang dianggap tidak sopan dan sedikit nyeleneh. Ia balik menjawab dengan nada tinggi;
"Mr. Green, you should know better," yang berarti "Mr. Green, Anda seharusnya lebih tahu."
Dalam ingatan Moersjid, bekas Dubes AS di Indonesia ini sangat licik. Ia juga ditenggarai sebagai dalang kudeta presiden Syngman Rhee di Korea Selatan. Sangat mudah mencurigai Marshall dan keterlibatan AS. Aksinya di Korsel memiliki pola yang hampir sama dengan gerakan Anti Soekarno di Indonesia.