Pria Botak Lebih Perkasa?
Seperti yang sudah disebutkan di atas, filsuf Aristotle memiliki teori bahwa pria bisa menjadi botak karena terlalu banyak seks. Dalam kenyataannya pria plontos tidak memiliki level hormon testosteron yang lebih tinggi.
Bahkan, sebaliknya kehilangan rambut berhubungan dengan rusaknya produk testosteron, yang disebut sebagai dihydrotestosterone (DHT).
Di janin, hormon ini berpengaruh untuk menumbuhkan alat kelamin pria. Setelah dewasa, hormon ini seharusnya tidak lagi agresif. Namun, sebagian lelaki masih memilikinya.
Jika demikian, maka hormon yang masih terus diproduksi tersebut akan menyebabkan pengerutan pada akar rambut. Hasilnya, rambut rontok dan tergantikan dengan rambut halus, bernama vellus.
Orang Botak Rawan Terkena Kanker Prostat
DHT juga bertanggung jawab terhadap tumbuhnya kelenjar prostat pada bayi. Sehingga, masuk akal jika kadar DHT yang masih terus diproduksi pada saat dewasa akan menganggu kinerja kelenjar prostat.
Sementara sebuah survei menyatakan bahwa hilangnya rambut seiring dengan bertumbuhnya kanker prostat pada tubuh seseorang.
Sementara pria yang tidak lagi memproduksi DHT, seperti mereka yang berambut lebat, akan cenderung susah mendapatkan kanker prostat.
Ini pula yang menjelaskan mengapa wanita tidak botak, karena mereka tidak memiliki kelenjar prostat.
Orang Botak Lebih Rawan Terpapar Covid
Hal ini diutarakan oleh Prof. Carlos Wambier dari Brown University. Ia percaya bahwa hal tersebut disebabkan oleh kinerja DHT. Masalahnya, penyebab rambut rontok ini adalah pintu yang sama bagi virus Corona menyerang sel tubuh.