Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tanggapan untuk Romo Bobby: Jika Bisa Bahagia Jadi Penulis Tidak Jujur, Ajarilah Triknya

18 April 2021   10:20 Diperbarui: 23 April 2021   20:39 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas, bagaimana dengan grup sosial semacam whatsapp. Punyaku cukup banyak. Berbagi tulisan lewat grup, hanya mendapat satu atau dua respon balasan "tanda jempol." Sekiraku, tidak akan menambah banyak tingkat keterbacaan.

Kecuali jika tulisan tersebut dishare di akun medsos Kompasiana, yang followersnya juga merupakan pembaca Kompasiana.  

Ketiga, Konsisten Ribuan Views

Saya tidak bisa mengharapkan tingkat keterbacaan yang tinggi untuk seluruh artikelku. Sebagai contoh, artikel sejarah kontemporer semacam "pemerkosaan Sum Kuning" dan "Misteri Pembunuhan Dietje" mampu menembus 10.000 views. Tapi, tulisan sejenis lainnya hanya mencapai 400an.

Sementara akun yang hebat tersebut mampu menembus ribuan pada beberapa artikelnya secara berturut-turut. Meskipun ada juga satu atau dua tulisan yang pembacanya tidak sampai 100 (khususnya di akhir bulan).

Dari pengalamanku sih, tingkat keterbacaan yang tinggi biasanya memenuhi beberapa persyaratan; 1) isu yang sedang viral, 2) Sesuatu yang jarang diketahui, dan 3) Membahas isu sederhana dari perspektif berbeda.

Tentunya kekuatan judul dan lead juga sangat penting. Tanpa merendahkan konten dari penulis unik tersebut, saya harus jujur, di luar harapanku. Tidak ada yang terlalu istimewa sih. Atau mungkin memang saya geblek.

Keempat, Berjibun Pembaca, Minim Interaksi

Sebagai Kompasianer saya sudah melihat sebuah pola yang sama terhadap jumlah views, like, dan komentar. Biasanya berbanding lurus. Artikelku yang banyak dibaca (ribuan), biasanya mampu mendulang 40 hingga 70 likes. Sementara yang ratusan hanya berkisar antara 15 hingga 30 saja.

Hal yang berbeda dengan akun dengan followers yang banyak, semacam Pak Tjipta atau si Oji. Yang baca boleh sedikit, tapi yang vote seabrek-abrek.

Nah, akun yang saya perhatikan justru berbeda. Yang baca ribuan, jumlah komen dan like tidak sampai sepuluh.

Lucunya lagi, folowersnya hampir sama dengan punya si Oji, alias jauh lebih banyak dari punyaku. Tapi, tetap saja minim interaksi.

"Kecurigaan" saya, penulis ini memiliki tingkat ketenaran sosial yang sama dengan figur publik, semacam Pak JK yang juga Kompasianer. Tapi, entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun