Sekilas ini adalah gambaran tentang nasib Eka si customer service. Jujur, tidak mudah.
**
Pernah menelpon ke nomor pelayanan sebuah instansi? Suara robot akan menyertai dilanjutkan dengan nada-nada dering yang membosankan. Bagaimana rasanya? Apalagi dibiarkan menunggu berjam-jam lamanya.
Manusia Bukan Robot
Banyak yang bertanya kepadaku, mengapa tidak membuat mekanisme jasa pelayanan pelanggan yang lebih modern, seperti email khusus atau nomor informasi perusahaan?
Sebenarnya kami juga menyediakan beberapa jalur lain. Misalkan email informasi, medsos, dan nomor whatsapp informasi. Tapi, hotline menjadi lebih populer karena di sini para pelanggan bisa langsung memesan barang.
Saya sih bisa memaklumi. Sebabnya manusia itu memang suka dilayani secara instan. Dan oleh manusia. Suara orang itu terasa jauh lebih menyejukkan dibandingkan pesan tertulis lho. Apalagi jika dilayani robot yang tak jelas.
Kepentingan Perusahaan
Lagipula, siapa sih yang menyangkal kalau customer service adalah bagian yang terpenting dari sebuah perusahaan? Saya sendiri merasakan manfaatnya.
Perusahaan yang bergerak di bidang bahan dan peralatan kuliner di kota Makassar itu berjubel jumlahnya. Meskipun baru di bidang ini, saya bisa merasakan manfaat dari kekuatan customer service.
Jumlah pelanggan semakin hari semakin meningkat. Tersebab perusahaan lain yang merasa lebih superior, mulai ditinggalkan karena keluhan pelanggan tidak pernah diladeni.
Pelanggan yang Merasa Terabaikan
Kami memiliki mekanisme untuk mengecek pelanggan mana yang sudah lama tidak membeli. Biasanya mereka akan dihubungi kembali. Sekedar menanyakan kabar.
Langganan seperti ini biasanya hanya terdiri dari dua jenis. Yang sudah tidak berjualan lagi, atau yang merasa manfaat di toko sebelah lebih bagus. Biasanya sih masalah harga atau ketersediaan barang.