Tapi, setelah mereka dihubungi kembali, 99 persen pasti kembali berbelanja, walau jumlah pembelanjaan mereka tidak terlalu banyak.
Ada saja Cara untuk Memuaskan Hati Pelanggan
Eka yang sigap, Eka yang kalap. Ia memahami betul pentingnya fungsi sebagai customer service. Menjaga kelangsungan perusahaan. Tapi, di sisi lain ia juga adalah manusia. Menerima "sampah" jelas tidak bagus bagi kesehatan jiwa.
Saya juga berada dalam posisi simalakama. Takut pelanggan kecewa, takut pula kehilangan si Eka.
Apa yang terjadi?
Saya kemudian mengambil inisiatif. Pelayan toko semuanya bisa menjadi customer service. Nomor mereka disebar ke medsos, atau pelanggan-pelanggan setia tertentu. Beban Eka berkurang, pelanggan pun senang.
Hasilnya?
Pelanggan merasa bahwa mereka diperlakukan dengan baik. Semua pertanyaan dan kebutuhan dipenuhi. Alhasil tercipta suasana kekeluargaan di antara kedua belah pihak. "Rumah kita bersama" bukan hanya sekedar jargon.
**
Memang manusia itu unik, demikian pula dengan para pelanggan. Apa yang ditanyakan kadang sangat tidak relevan. Bahkan enek rasanya.
Tapi, pelanggan adalah manusia, begitu pula dengan diri kita. Di suatu waktu kita akan menjadi pelayan, di sisi lain kita juga yang dilayani.
Sangat tidak adil untuk berada di satu sisi saja. Ingin dilayani tapi tidak mau melayani. Atas dasar inilah, saya kemudian menyampaikan pesan kepada para karyawan.