Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Mengapa Orang Indonesia Jago Bulutangkis?

18 Maret 2021   04:57 Diperbarui: 18 Maret 2021   07:49 2832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ferry Sonnevile (sumber: indosport.com)

"Dari awalnya, badminton Indonesia dikarakterkan sebagai tradisi non-diskriminasi. Jadi Anda bisa mengerti mengapa badminton di sini sangat kuat. Tradisi dari non-diskriminasi adalah contoh bagaimana prestasi dapat diraih tinggi dan menjadi alasan untuk kelanjutan yang signifikan dari permainan kita."

Brown menambahkan bahwa olahraga badminton di saat itu tidak memiliki kubu. Tidak dianggap milik kaum penjajah dan juga bukan bagian dari pergerakan nasionalisme.

Olahraga ini tumbuh subur dalam masyarakat sebagai bentuk persatuan tanpa membedakan suku, agama, dan ras.

Contoh sederhana. Bangsa Belanda tidak menjadikan olahraga ini sebagai simbol superior. Beda dengan tenis. Haram hukumnya orang Belanda kalah dari etnis pribumi atau China.

Tapi, jika orang Belanda bermain badminton dan kalah, maka itu adalah hal yang wajar. Tersebab orang Belanda memang bukan pemain badminton.

Sementara gerakan nasionalisme konsisten dengan aksi mengalahkan Belanda dari segala sisi. Sepak bola yang disorot dunia kadang digunakan oleh kaum pergerakan untuk mempermalukan Belanda.

Sepak bola digunakan secara politik oleh para pejuang untuk mendapat dukungan nasionalisme.

Soedirman (sumber: indosport.com)
Soedirman (sumber: indosport.com)
Badminton menjadi olahraga yang inklusif juga tidak terlepas dari kesuksesan Soedirman sebagai presiden PBSI pertama. Setelah kemerdekaan 1945, Soekarno membentuk PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia).

Soedirman yang memimpin PORI gerah melihat kenyataan bahwa Persatuan ini hanya terdiri dari para pribumi saja. Soedirman akhirnya berinisiatif untuk menggabungkan organisasi badminton pribumi dengan PERBAD yang didominasi oleh kaum Tionghoa. Terbentuklah PBSI.

Pada akhir wawancaranya, Abdul Manan Rasudi mengutip sebuah kesimpulan. Bahwa pada dasarnya olahraga itu memang tidak mengenal suku, agama, dan ras.

"Kalau udah jago mah, jago aja, tidak peduli apa pun etnisnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun