Koh Chris mulai menjawab pertanyaan dengan alasan yang paling optimis;
"Orang Indonesia beruntung dikaruniai talenta bermain bulutangkis. Disokong oleh banyaknya peminat, juga bibit pemain yang bertebaran di seluruh Nusantara."
Minat yang besar ini bisa dilihat dari animo masyarakat pada pertandingan akbar, seperti All England atau Indonesian Open. Ditambah lagi, pusat pelatihan juga bertebaran di mana-mana. Mulai dari tingkat desa hingga nasional.
Diambil dari sumber (sehatq.com), sebuah penelitian pada tahun 2016 menyatakan bahwa tinggi rata-rata pria Indonesia berada di urutan 188 dari 200 negara yang disuvei. Termasuk pendek, dengan angka 160 cm.
Tak dapat dipungkiri, postur tubuh juga sangat mempengaruhi performa olahragawan. Namun, menurut Koh Chris, tinggi badan tidak terlalu berpengaruh di badminton.
Olahraga badminton bukan "body contact sport." Postur kekar dan menjulang tinggi tidaklah penting. Lagipula dengan tubuh yang kecil dan ringan pemain Indonesia bisa memanfaatkan kelebihan lainnya, yakni kecepatan.
Christian juga mengingatkan pentingnya "insting dan feeling." Bagi pemain, kecepatan gerakan tubuh harus disertai dengan kecepatan mengambil keputusan.
"Kalau insting dan feeling kita bagus, sepertinya bola yang mengarah ke kita, bukan kita yang mengejar bola," ujarnya.
Ternyata menurut Christian, anugrah Tuhan kepada pemain Indonesia memang berlebihan. Menurutnya, pemain badminton Indonesia memiliki banyak pukulan aneh bin ajaib yang tidak dimiliki bangsa lain.