**
Jangan kira tindakan gila ini lantas membuat dirinya tenggelam. Moestopo pernah diangkat menjadi penasehat Jenderal Soedirman dan Presiden Soekarno.
Semasa revolusi, Moestopo pernah diangkat menjadi Menteri Pertahanan ad-interim. Ia sempat berseberangan sikap politik dengan Mohammad Hatta. Hatta menginginkan jalan diplomasi dengan pihak Sekutu, sementara Moestopo tetap ingin berperang melawan penjajah.
Di Kantor Gubernur Jawa Timur mereka bertemu. Hatta datang bersama beberapa orang asing. Berjumpa dengan Moestopo yang baru saja memberikan nasehat kepada Soekarno untuk tidak tunduk pada negosiasi.
Hatta yang mengetahui masukan Moestopo lantas menyinggung dengan keras,
"Lha ini dia pemberontaknya, ekstremisnya." Ujar Hatta
Moestopo menjawab;
"Memang saya ekstremis, saya pemberontak. Bukankah lebih baik menjadi pemberontak, mati dalam perjuangan, daripada dijajah bangsa asing lagi?" Balas Moestopo sambil mengacungkan jari kepada orang-orang asing yang datang bersama Hatta.
**
Perseturuan Hatta-Moestopo berbuntut panjang. Soekarno sampai turun tangan. Ia ditarik dari medan tempur dan ditempatkan di Istana Negara sebagai Penasihat Agung Presiden Republik Indonesia.
Moestopo tidak menyetujui pada awalnya. Tapi, ia terdiam ketika Presiden Soekarno mengatakan bahwa ia sendiri yang akan menjabat menjadi Menteri Pertahanan ad-interim. Penanggung jawab Revolusi Jawa Timur.