Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tragis Fientje de Feniks, Pramuria Tersohor Zaman Kolonial Belanda

20 Februari 2021   15:40 Diperbarui: 20 Februari 2021   17:26 3644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Fientje de Feniks (sumber: kumparan.com)

Brinkman tak gentar menghadapi persidangan. Ia dibela oleh seorang pengacara terkenal bernama Hoorweg. Ia juga mencoba menyuap jaksa penuntut, Wedana Weltevreden sebesar tiga ribu gulden. Asisten jaksa sebanyak dua ribu gulden.

Hingga persidangan berlangsung, dirinya masih terkekeh-kekeh mengingat kaumnyalah yang menguasai Batavia. Ia masih mempercayai keberadaannya sebagai anggota Societeit Concordia dapat menyelematkannya.

Keadilan Ditegakkan

Ilustrasi Wanita Pribumi Zaman Kolonial (sumber: balasoka.web.id)
Ilustrasi Wanita Pribumi Zaman Kolonial (sumber: balasoka.web.id)
Malang bagi Brinkman, kasus yang terlanjur gaduh itu menyudutkannya. Seorang Belanda tulen membunuh seorang Indo tentu bukan hal biasa. Itulah yang berada di benak masyarakat.

Pengadilan (Raad van Justitie) mencatat jalannya pengadilan dengan sangat cermat. Proses pengadilan dibuka untuk umum. Media leluasa meliputinya.

Brinkman mati kutu ketika saksi kunci dihadirkan. Ia adalah Rosna, sejawat Fientje yang mengintip dari balik bilik bambu.

"Tuan, saya seorang perempuan, jadi saya penakut, tapi saya katakan sekali lagi, laki-laki itulah yang telah melakukan pembunuhan." Demikian kesaksian Rosna kepada ketua pengadilan.

Brinkman dinyatakan bersalah. Ia dijatuhi hukuman mati yang tak pernah dijalaninya. Brinkman keburu menghabisi nyawanya sendiri.

Rosihan Anwar, dalam bukunya Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia (2004) menuliskan;

"Di dalam sel kematian, sungguh dia tak bisa percaya bahwa seorang kulit putih yang kaya harus membayar dengan nyawanya sendiri karena membunuh seorang pelacur Indo. Dia lebih percaya pada teman-temannya yang berpengaruh besar meleset. Hari eksekusinya kian mendekat. Tak bisa dibendung. Dia menangis-nangis histeris. Akhirnya Brinkman bunuh diri,"

Munculnya Jurnalisme Kuning

Ilustrasi Surat kabar Het Nieuws (sumber: bertotukan.com)
Ilustrasi Surat kabar Het Nieuws (sumber: bertotukan.com)
Sejak kejadian pembunuhan Fientje meruak, media telah meliputinya dengan seksama. Surat kabar Het Nieuws, dan Soerabaische Handelsblad, memborbardir berita dengan bahasa yang sensasional, judul yang bombastis, dan teras yang menarik.

Berhari-hari lamanya, semua orang mengikuti jalannya berita. Meskipun isinya tidak substansial, karena hanya merupakan pengulangan informasi lama. Namun, masyarakat senang membacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun