Sesaat sebelumnya, Rosna terbangun karena ribut suara pertengkaran. Teman seprofesinya ribut dengan seorang lelaki. Tidak jelas apa yang menjadi bahan pertengkaran. Rosna mengenali sang lelaki, seseorang yang sering berkunjung meniduri Fientje.
Hingga akhirnya Fientje yang memberontak mulai terkulai lemas. Rosna tidak berani bertindak apalagi bersuara. Kejadiannya begitu cepat. Ia telah menjadi saksi pembunuhan kawannya itu.
Lelaki itu jatuh cinta kepada Fientje. Ia tidak rela sang primadona ditiduri oleh lelaki lain. Baginya Fientje adalah miliknya seorang sahadja.
Lelaki itu memiliki harta berlimpah. Uangnya mampu menjamin hidup Fientje. Asalkan ia rela dijadikan simpanan.
Lelaki itu tersinggung. Sang pujaan hati menolaknya. Fientje berkata ia lebih rela menjadi pelacur, daripada menjadi peliharaan. Â
Investigasi Kejadian
Orang pertama yang dimintai keterangan adalah Oemar Ompong, sang muncikari. Tidak susah bagi Ruempol untuk menggali informasi. Sang muncikari yang ketakutan langsung menyebut nama seorang lelaki Belanda, Gemser Brinkman.
Brinkman kerap bertandang ke rumah bordilnya. Ia juga adalah langganan tetap Fientje. Susah bagi polisi untuk mempercayai keterangan Oemar. Brinkman bukanlah orang sembarangan. Ia adalah lelaki Belanda terhormat dan juga adalah anggota Societeit Concordia, sebuah klub mewah yang beranggotakan para saudagar zaman Kolonial.
Tapi, benang merah mulai tersambung ketika polisi Batavia menemukan Pak Sulin dan dua orang lainnya. Merekalah yang bertugas membuang mayat Fientje di Kali Baru. Dalam ketakutan, Sulin mengaku menyesal telah menerima gulden dari lelaki yang bernama Brinkman.