Sepeninggal suaminya, keluarga mereka jatuh miskin. Dou-e bahkan tidak punya uang lagi untuk membeli makanan. Hingga suatu waktu, pada saat mereka benar-benar kelaparan, Dou-e pergi ke pasar dan memohon kepada penjual makanan untuk memberikannya makanan dengan sisa uang yang ia miliki.
Sang penjual yang merasa kasihan, kemudian memberikan sisa-sisa daging babi yang digiling beserta sedikit sisa bihun. Dengan sisa kedua bahan yang Dou-e peroleh, ia pun memasaknya.
Sang ibu mertua yang melihat sisa gilingan daging babi yang berwarna hitam pada masakan, kemudian bertanya kepadanya, "mengapa begitu banyak semut pada masakan ini?"
Dou-e kemudian menjelaskan tentang apa yang dimasak kepada sang ibu mertua. Sejak saat itu, masakan ini kemudian bernama "Ants Climbing The Tree,"Â alias "Semut Memanjat Pohon."
Buddha Jumps Over The Wall (Buddha Melompati Pagar)
Alkisah seorang cendekiawan di zaman Dinasti Qing yang melakukan perjalanan menuju ke istana untuk mengikuti ujian kekaisaran.
Dalam perjalanan yang memakan waktu cukup lama, sang cendekiawan menyiapkan seluruh bahan makanan yang diawetkan yang disimpannya di dalam guci tanah liat yang biasa digunakan untuk menyimpan arak.
Di suatu siang pada saat sedang istirahat, sang cendekiawan memanaskan guci tanah liat tersebut di atas api. Bau masakan yang ditimbulkan begitu harum sehingga bisa tercium dari jarak jauh.
Di sekitar tempat sang cendekiawan beristirahat, terdapatlah sebuah kuil Buddha. Di dalam kuil tersebut ada beberapa orang Biksu yang sedang berlatih meditasi. Namun, ternyata bau masakan yang timbul dari pot tanah liat mampu menggoda para biksu.
Akhirnya karena tak tertahankan lagi, para biksu pun meninggalkan latihan meditasi mereka dan melompati tembok kuil untuk bergabung dengan sang cendekiawan menikmati makanan yang dimasak.
Inilah mengapa masakan ini diberi nama "Buddha Jumps Over the Wall," karena baunya yang sedap bisa menggoda 'Buddha' untuk melompati tembok yang tinggi.