Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Legenda Ratusan Tahun di Balik 5 Masakan China Terkenal

12 Januari 2021   05:52 Diperbarui: 12 Januari 2021   06:09 2792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 5 masakan china terkenal (sumber: redhousespice.com, asiaculturaltravel.co.uk, marionskitchen.com, topchinatravel.com, mejarasakk.blogspot.com)

Kelezatan sebuah masakan tidak hanya berasal dari rasa saja, tetapi juga penampilan, kemasan, dan kisah yang mendasarinya (story behind it).

Makanan China (Chinese Foods) memiliki segalanya. Filsafat kuno dan sejarah panjang peradaban yang terkandung, membuat makanan china memiliki tempat tersendiri di hati para pencinta kuliner.

Dari sisi filsafat kuno, konsep Yin-yang dan Lima Elemen Wu-xing secara tradisional telah menjadi prinsip filsafat dalam setiap masakan China. Kompleksitas resep, nama, dan teknik pengolahan, semuanya harus selaras dengan hukum alam dan juga tata krama.

Sementara dari sisi sejarah, tidak jarang kita menemukan masakan yang telah berusia ratusan tahun yang masih eksis hingga kini. Penamaan yang diberikan selaras dengan asal-usul dan legenda terciptanya makanan tersebut.   

Inilah yang membuat masakan China berbeda dari makanan negara lain. Dalam budaya barat, nama makanan hanya berdasarkan apa yang dimasak dan bagaimana cara memasaknya.

Namun, di China nama makanan lebih dari sekedar bahan dan teknik. Aspek sejarah, seni, sosial, dan filsafat harus bisa tercampur menjadi satu.

Baca juga: Filosofi Yin-yang dalam Masakan China, Resep Rahasia Tiada Tara

Pada tulisan kali ini, penulis akan membahas lima legenda di belakang 5 jenis makanan china yang terkenal.

Beggar's Chicken (Ayam Pengemis)

Foto Beggar's Chicken (sumber: tripadvisor.com)
Foto Beggar's Chicken (sumber: tripadvisor.com)

Alkisah seorang pengemis yang hidup di provinsi Jiang Shu di zaman kerajaan Qing. Pada suatu hari, sang pengemis yang kelaparan itu melihat seekor ayam. Ia pun membunuh ayam tersebut untuk dimakan.

Karena tidak punya panci dan alat masak lainnya, ia lantas melumuri ayam tersebut dengan lumpur dan membakarnya. Ia terus membakarnya, hingga lumpur yang melumuri ayam tersebut menjadi kering. Ketika lumpur yang mengering dibuka, ayam tersebut menimbulkan aroma yang harum dan daging yang sangat lezat.

Tanpa ia sadari, pada saat itu Kaisar sedang berada di dekatnya, berjalan-jalan bersama para pengawalnya. Tertarik dengan aroma daging ayam yang begitu harum, sang Kaisar pun berhenti dan bersama-sama dengan sang pengemis menikmati masakan tersebut.

Sang Kaisar yang terpesona dengan kelezatan masakan ini, kemudian meminta sang pengemis untuk mengajarkan cara pembuatannya. 

Akhirnya, sang Kaisar memberikan nama makanan tersebut dengan 'Ayam Pengemis,' untuk menghormati sang pengemis yang telah menemukan resep yang begitu lezatnya.

Sejak saat itu, makanan ini resmi menjadi salah satu menu pilihan di 'Kota Terlarang' (Forbidden City), China. Hingga kini, masakan ini masih bisa ditemukan pada beberapa restoran terkenal. Selain "Ayam Pengemis," masakan ini juga memiliki nama lain, yaitu "Rich and Noble Chicken." (Ayam Bangsawan Kaya).

Crossing The Bridge Noodles (Mie Menyeberangi Jembatan)

Foto Crossing The Bridge Noodles (sumber: topchinatravel.com)
Foto Crossing The Bridge Noodles (sumber: topchinatravel.com)

Zaman dulu di daerah Mengzi, sebelah tenggara provinsi Yunan, terdapatlah Danau Selatan yang terkenal dengan pemandangannya yang indah. Banyak cendekiawan yang menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat belajar sebelum mengikuti ujian kerajaan yang sulit.

Dikisahkan ada seorang istri dari salah satu cendekiawan yang sedang berada di sana, mempersiapkan diri mengikuti ujian kerajaan. Sang istri yang setia setiap hari memasak makan siang untuk suaminya yang belajar di seberang danau.

Untuk itu, maka sang istri harus menempuh perjalanan menyeberangi jembatan untuk bertemu dengan suaminya. Namun, karena jaraknya yang cukup jauh, makanan tersebut menjadi dingin dan tidak segar lagi.

Suatu hari, sang istri menemukan cara sederhana terhadap masalah ini. Yang ia lakukan hanyalah menutup kuah dengan lapisan minyak panas dari lemak ayam. Dengan demikian, masakan akan tetap terasa panas, meski dalam waktu yang lama.

Dengan teknik terbarunya, sang istri bisa menambahkan mie yang bisa dimakan dengan kuah yang masih panas tersaji. Bukan hanya mie, konon kuah yang masih sangat panas masih mampu memasak potongan daging, ikan, atau sayuran yang dimasukkan ke dalamnya. 

Tak lama kemudian, teknik memasak sang istri kemudian ditiru oleh orang banyak. Karena inovasinya berdasarkan pengalamannya menyeberangi jembatan, maka makanan ini diberi nama "Crossing The Bridge Noodles," atau Mie Menyeberangi Jembatan. 

Husband and Wife's Lung Slice (Irisan Paru-paru Suami Istri)

Foto Husband and Wife's Lung Slice (sumber: asiaculturaltravel.co.uk)
Foto Husband and Wife's Lung Slice (sumber: asiaculturaltravel.co.uk)

Nama ini merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Mandarin, sehingga kelihatannya berasal dari kampung kanibal. Akan tetapi, ada nama lain yang lebih nyaman terdengar yaitu, "Spicy Ox Lung Slice," alias "Irisan paru-paru sapi pedas."

Masakan ini berasal dari provinsi Szechuan yang terkenal dengan masakan pedasnya. Sekitar tahun 1020 hingga 1030 M, di kota Chengdu, Szechuan, alkisah seorang pria yang bernama Guo Zhaohua. 

Ia beserta istrinya membuka sebuah restoran kecil yang menghidangkan menu ini. ("Spicy Ox Lung Slice"). Menu ini menjadi sangat terkenal kelezatannya karena ketaletenan dari pasangan suami istri ini dalam menyiapkan, memasak, hingga menghidangkannya.

Sontak kelezatannya menjadi terkenal ke seantero negeri, dan tak satu pun dari pelanggan yang tidak pernah mengatakan tidak enak. Untuk menghormati ketelatenan pasangan suami istri ini, maka nama masakan ini kemudian diubah menjadi nama seperti yang dikenal sekarang, "Husband and Wife's Lung Slice."

Ants Climbing The Tree (Semut Memanjat Pohon)

Foto Ants Climbing The Tree (sumber: scmp.com)
Foto Ants Climbing The Tree (sumber: scmp.com)

Jangan khwatir, yang dimaksudkan dengan semut di sini, bukanlah semut sungguhan. Ia adalah gilingan daging babi kecil yang sekilas mirip dengan semut.

Pada masa pemerintahan Dinasti Yuan, seorang pemain drama terkenal menuliskan mengenai asal-usul masakan ini. Ia mengisahkan seorang lelaki yang terpaksa menjual anak wanitanya yang bernama Dou-e untuk membayar seluruh utangnya.

Dou-e dijual untuk dijadikan istri bagi putra sang pemberi utang. Walau demikian, Dou-e sangatlah berbakti dan mampu mengurus suami dan ibu mertuanya dengan sangat baik.

Sayangnya nasib tidak berpihak kepadanya, suaminya meninggal tidak beberapa lama setelah pernikahan mereka. Syahdan, Dou-e harus hidup dengan sang ibu mertua.

Sepeninggal suaminya, keluarga mereka jatuh miskin. Dou-e bahkan tidak punya uang lagi untuk membeli makanan. Hingga suatu waktu, pada saat mereka benar-benar kelaparan, Dou-e pergi ke pasar dan memohon kepada penjual makanan untuk memberikannya makanan dengan sisa uang yang ia miliki.

Sang penjual yang merasa kasihan, kemudian memberikan sisa-sisa daging babi yang digiling beserta sedikit sisa bihun. Dengan sisa kedua bahan yang Dou-e peroleh, ia pun memasaknya.

Sang ibu mertua yang melihat sisa gilingan daging babi yang berwarna hitam pada masakan, kemudian bertanya kepadanya, "mengapa begitu banyak semut pada masakan ini?"

Dou-e kemudian menjelaskan tentang apa yang dimasak kepada sang ibu mertua. Sejak saat itu, masakan ini kemudian bernama "Ants Climbing The Tree," alias "Semut Memanjat Pohon."

Buddha Jumps Over The Wall (Buddha Melompati Pagar)

Foto Buddha Jumps Over The Wall (sumber: yumchinesefoods.com)
Foto Buddha Jumps Over The Wall (sumber: yumchinesefoods.com)

Alkisah seorang cendekiawan di zaman Dinasti Qing yang melakukan perjalanan menuju ke istana untuk mengikuti ujian kekaisaran.

Dalam perjalanan yang memakan waktu cukup lama, sang cendekiawan menyiapkan seluruh bahan makanan yang diawetkan yang disimpannya di dalam guci tanah liat yang biasa digunakan untuk menyimpan arak.

Di suatu siang pada saat sedang istirahat, sang cendekiawan memanaskan guci tanah liat tersebut di atas api. Bau masakan yang ditimbulkan begitu harum sehingga bisa tercium dari jarak jauh.

Di sekitar tempat sang cendekiawan beristirahat, terdapatlah sebuah kuil Buddha. Di dalam kuil tersebut ada beberapa orang Biksu yang sedang berlatih meditasi. Namun, ternyata bau masakan yang timbul dari pot tanah liat mampu menggoda para biksu.

Akhirnya karena tak tertahankan lagi, para biksu pun meninggalkan latihan meditasi mereka dan melompati tembok kuil untuk bergabung dengan sang cendekiawan menikmati makanan yang dimasak.

Inilah mengapa masakan ini diberi nama "Buddha Jumps Over the Wall," karena baunya yang sedap bisa menggoda 'Buddha' untuk melompati tembok yang tinggi.

Yang lebih hebatnya lagi, konon untuk mendapatkan sensasi terbaik dari masakan ini adalah dengan cara mempersiapkan seluruh bahannya selama 2 hari.

**

Nah, inilah legenda di belakang 5 masakan china yang terkenal. Ternyata nama yang diberikan tidaklah serampangan. Semuanya memiliki cerita unik yang telah dikisahkan selama ratusan hingga mungkin ribuan tahun lamanya.

Tertarik dengan nama masakanmu? Mungkin sudah saatnya membuat jenis masakan baru yang berdasarkan kisah hidupmu. Siapa tahu saja, masakan ciptaanmu akan dikenang hingga ratusan tahun kemudian? Siapa tahu aja!

Referensi: 1 2 3

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun