Pagi ini, penulis mendapat sebuah pesan whatsapp di grup Numerology Pythagoras. Isinya masih seputaran jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang sedang viral.
"Postingan Temen. Code Alarm. Iseng nih soalnya gi baca numerology Master Rudy Gunawan."
SRIWIJAYA AIR SJ182
S: Sabtu. J: Januari. 182 = 182:2 =tanggal 9.
NO. RANGKA: JSDA. 430.33 PS
J: Jatuh. S: Sore. DA: Di Air. Jam: 4.30.33. PS: Pulau Seribu
CONSPIRACY CODE ALARM.
Jelas kawan grup yang mengirim postingan ini bermaksud menertawakan pesan yang entah ia terima dari mana. Penulis pun hanya menjawab santai,
"Cocokologi Bro."Â (emotikon tertawa terbahak-bahak).
Sang kawan pun membalas dengan emotikon yang sama, dan pembicaraan terhenti sampai di situ saja.
Namun demikian, fenomena cocokologi dalam setiap kejadian viral tidak berhenti sampai di sini saja. Bukan kali pertama peristiwa pesawat jatuh mengorbitkan paranormal-paranormal dadakan di seluruh negeri.
Angka menjadi subyek yang paling menarik untuk dijadikan semacam kode alam terhadap bencana yang terjadi. Sebabnya, angka bisa memiliki interpretasi yang bermacam-macam. Bisa dihubungkan dengan apa saja melalui rumus matematika sederhana plus otak dangkal. Kelihatannya sakral!
Sebelumnya peristiwa Malaysia Airline MH-17 yang mengalami kecelakaan di perbatasan Rusia dan Ukraina pada 17-07-2014 juga menjadi sasaran Cocokologi.
"Sebanyak 295 penumpang dan awak tewas dalam kecelakaan pesawat itu. Penerbangan perdana MH-17 adalah pada tanggal 17-07-1997. Kecelakaan terjadi tepat 17 tahun sejak penerbangan perdananya."
Parahnya lagi, penulis yang dikenal sebagai Numerolog selalu mendapatkan banyak pertanyaan seputaran peristiwa-peristiwa naas ini.
"Bagaimana perspektif Numerologi terhadap jatuhnya Sriwijaya Air?"
Maksud mulut mereka ingin menanyakan korelasi angka yang bertanggung jawab atas peristiwa ini, tapi maksud hati mengharapkan adanya jin yang bisa membuat berita menjadi sensasi.
"Nenek Lu..."
Perlu diketahui bersama, meskipun Numerologi berhubungan dengan energi angka, tapi tidak semua angka itu mengartikan sesuatu. Terlebih lagi dengan kabar bencana atau kejadian yang lagi viral.
Namun, namanya juga manusia. Apa-apa selalu dicocokkan. Yang Namanya empati telah mengalahkan sensasi, meskipun itu hanya sebatas pada lingkar pertemanan di grup medsos.
Itulah mengapa susah membedakan antara cocokologi dan numerologi. Lantas bagaimana cara membedakannya?
Penulis akan memberikan sebuah peristiwa bersejarah yang menempatkan cocokologi dan numerologi dalam sebuah frekuensi yang sama, yaitu peristiwa Apollo 13.
APOLLO 13
Sebuah misi pendaratan di Bulan, bagian dari proyek Apollo NASA Amerika Serikat. Misi ini diluncurkan pada 11 April 1970, pukul 13.13. Apollo 13 mengalami masalah pertamanya beberapa saat setelah peluncuran, tepatnya ketika bagian dari roket Saturn V, yaitu S-II atau tingkat kedua mengalami masalah, namun pada tanggal 13 April, tangki oksigen di pesawat Apollo 13 meledak, membahayakan keselamatan awaknya.
Meski banyak kemunculan angka 13, jelas pernyataan di atas adalah cocokologi. Namun, angka 13 adalah angka yang sudah lama menjadi budaya sebagai angka yang paling dihindari.
Peristiwa Apollo 13 hanya mengkonfirmasi ketidaksukaan terhadap angka ini. Dalam budaya barat, angka 13 telah memiliki sejarah panjang sebagai angka sial. Semuanya dimulai dari sejarah panjang peradaban.
Kaum Kaballah menganggap bahwa angka 13 adalah jumlah dari rapat dewan penyihir. Legenda Friday the 13th yang dianggap sebagai hari pembawa sial, hingga kisah Alkitab tentang Judas Iskariot, sebagai murid ke-13 Yesus.
Mitos ini bukan hanya sekadar mitos. Ia telah mendapat pengakuan di seluruh dunia terhadap makna sial yang sesungguhnya. Di berbagai gedung tinggi di seluruh dunia, kita tidak akan menemukan angka 13 pada lift.
Microsoft, perusahaan software computer terbesar di dunia bahkan tidak membuat MS versi 13, setelah versi 12. Katanya untuk menghindari kesialan. Mereka meloncat ke versi 14 untuk Microsoft Office 2010.
Dalam dunia medis dan psikologi, istilah triskaidekaphobia dikenal sebagai fobia terhadap mereka yang memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap angka 13. Konon kehadiran angka 13 bagi pengidap fobia ini bisa membuat mereka mual, muntah, hingga pingsan.
Jika kemunculan sebuah angka sudah mempengaruhi pikiran, ucapan, dan tindakan manusia, maka di sinilah Numerologi berada.
Jelas, energi angka 13 adalah energi yang tidak bagus bagi banyak orang di dunia ini. Energi ini buruk karena dianggap sebagai pembawa sial. Namun bukan angka 13 nya, tetapi atas reaksi manusia terhadap angka 13.
Buktinya pada budaya asia timur, khususnya China malah menganggap bahwa angka 13 adalah angka keberuntungan. Hal ini disebabkan karena lafal 13Â (se-shan atau i-shan) yang secara fonetik mirip dengan kalimat "adalah puncak" atau "naik ke puncak."
Akan tetapi, semua sudah terlanjur. Angka 13 telah mewariskan nama sial sejak zaman buyut berada. Tidak ada hal yang bisa dicegah, kecuali disikapi secara bijak. Tugas Numerolog hanya mencamkan bahwa energi angka 13 adalah merupakan energi buruk bagi mereka yang memercayainya.
Selanjutnya adalah bagaimana angka-angka pembawa sial ini dapat mepengaruhi karakter seseorang. Analisis dan nasehat harus dilakukan agar seseorang dapat menjadi lebih baik dengan teori-teori Numerologi yang dikuasai.
Apapun hasilnya, satu yang pasti. Numerologi tidak bisa meramalkan peristiwa jatuhnya Sriwijaya Air.
**
Dalam menyikapi teori terhadap angka dari sisi Numerologi, penulis sudah terbiasa dipanggil paranormal. Rasanya ngeri-ngeri sedap. Namun, sah-sah saja bagi mereka yang memercayainya, sepanjang penulis mampu mendatangkan sesuatu yang positif bagi mereka.
Sayangnya, tidak semua paranormal berpikiran demikian.
Sebuah percakapan di grup Whatsapp KPB (Kompasianer Penulis Berbalas) menanggapi pesan dari rekan Kompasianer Fery W. Isinya mengenai pernyataan seorang paranormal kondang Indonesia, bahwa sejak November 2020, ia telah meramalkan kejadian jatuhnya pesawat SJ 182 ini.
Ia bahkan melampirkan rekaman youtube di media sosialnya sebagai bukti bahwa ia pernah "meramalkan" hal tersebut.
"Insiden pesawat akan ada, lambang warna merahnya. Insidennya nggak terlalu banyak yang biru, tapi ada warna merahnya." Kata sang paranormal dalam konferensi pers tepatnya pada 21 November lalu (suara.com).
Penulis tidak akan membahas hal ini lebih jauh lagi. Yang jelas, atas pernyataan paranormal tersebut kita akan menemukan dua kubu yang saling berseberangan. Selanjutnya, kita kembalikan hal ini kepada diri masing-masing.
Atas fenomena manusia yang memercayai ramalan paranormal, sila baca di sini. Baca juga:Â Mengapa Anda Memercayai Ramalan Paranormal?
Andaikan, paranormal tersebut benar memiliki berkah untuk bisa melihat kejadian di masa depan. Apakah ramalan tersebut bermanfaat? Apakah ramalan tersebut mampu mencegah kecelakaan? Jelas tidak, karena itu adalah kuasa Ilahi. (Mungkin ini yang akan menjadi jawaban sang paranormal).
Lantas, jika tujuannya hanya untuk mengkonfirmasi bahwa "saya jago", maka ada baiknya untuk tidak dilakukan di saat semua pihak masih berduka.
Menurut hemat penulis, seseorang yang diberikan "berkah" seharusnya menggunakan kemampuannya untuk lebih banyak menolong manusia yang membutuhkannya.
Anda akan menjadi terkenal sendiri dengan segala upaya kebaikan yang anda lakukan. Percayalah itu.
Untuk itu, maka mulailah dengan menyebar kebaikan melalui rasa empati. Tidak perlu memajang profil gambar "Turut Berduka untuk SJ 182," jika sikap dan tindakan dirimu tidak mencerminkan hal tersebut.
Perasaan duka adalah menempatkan diri pada keluarga korban, bukan dengan mengeksploitasinya.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H