Saat Gusti Nurul menjadi model sang maestro pelukis Indonesia, ia mengenakan kain dan berkebaya sifon bercorak bunga-bunga berwarna hijau tosca. "Sungguh sebuah lukisan yang sangat hidup dan seolah-olah memiliki nyawa," ujar Gusti Nurul pada saat diwawancarai oleh sumber.
Atas peristiwa ini, Gusti Nurul menjawab pertanyaan dengan penuh kerendahan hati. Dikutip dari sumber, ia berkata;
"Sebagai tokoh PNI tidak mungkin ia menikahi diriku yang berasal dari budaya feodal. Dan yang terpenting, aku tidak mau dimadu. Yah, ia memang bukan jodohku."
Kini lukisan yang melegenda dari Basoeki Abdullah itu terpajang di ruang tamu rumah Gusti Nurul.
Mengecewakan Hati Sang Perdana Menteri Pertama Republik Indonesia
Masih belum cukup dipinang oleh sultan dan presiden, Gusti Nurul juga hampir menjadi pendamping Perdana Menteri Republik Indonesia pertama, Sutan Sjahrir.
Setiap kali rapat kabinet di Yogyakarta, Sutan Sjahrir selalu mengutus sekretaris pertamanya, Siti Zoebaidah Oesman, ke kediaman Gusti Nurul untuk mengantar hadiah yang dibelinya dari Jakarta yang selalu disertai dengan tulisan tangan dari sang Perdana Menteri.
"Ia sangat rajin menyuratiku dan aku juga rajin membalasnya," ucap Gusti Nurul.
Ia bahkan pernah mengundang Gusti Nurul beserta ibu dan kakaknya ke Linggarjati dan menginap di tempat berlangsungnya Perundingan Linggarjati, tempat terjadinya perundingan Indonesia Belanda kala itu.
Ada kejadian yang menarik yang diingat oleh Gusti Nurul. Saat berdua bersamanya, ia mengaku tak mengingat apa yang sedang dibicarakan. Namun menurut pengakuan Gusti Nurul, Sjahir pernah membelai pipi dan dagunya, dan ia hanya terdiam saja. Masih dengan penuh kerendahan hati, Gusti Nurul berkataÂ
"Sebagai tokoh Partai Sosialis Indonesia, ia tidak mungkin menikah dengan putri bangsawan yang feodal,"