Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Penjudi Tak Bisa Berhenti? Rumah Judi Tahu Pasti

24 September 2020   09:35 Diperbarui: 24 September 2020   11:59 3758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjudi dan rumah judi (sumber: newsbreak.com)

Coba bayangkan sebuah kondisi, dimana anda anda berhasil menemukan sesuatu setelah mengalami kegagalan demi kegagalan. Eureka!

Intinya, jangan pernah putus asa.

Inilah yang didengung-dengungkan oleh para motivator untuk membangkitkan semangatmu. Sayangnya, hal yang sama juga digunakan oleh para penjudi untuk tetap menaruh harapan dalam kegagalannya.

**

Pieter (nama samaran), kawan di Singapura, adalah seorang penjudi 'cerdas'. Ia selalu mengalokasikan dana, agar hobinya dapat tersalur secara sehat. Ia memiliki dua prinsip.

  • Pertama, menentukan budget sekali berjudi.
  • Kedua, menentukan durasi dua jam berada dalam Casino.

Ceritanya sih, 'cerdas', karena apabila ia memasuki casino, maka durasinya hanya dua jam atau anggaran 1000 SGD. Jika salah satunya mencapai batas, maka ia harus hengkang.

Ia melakukan komitmen itu bersama istrinya. Dompet dan kartu akan dititipkan kepada sang istri yang berbelanja di mal seputaran casino singapura.

Menurutnya, yang ia harapkan bukanlah kemenangan, ia membeli hobinya dengan mahal untuk menguji disiplinnya. Untungnya ia berpenghasilan lebih dari cukup untuk membiayai "perasaan bahagianya".

Hormon kebahagiaan yang behubungan dengan para penjudi.

Akan tetapi, tidak semua orang seperti Pieter. Penelitian dari Stanford University, Amerika Serikat mengatakan bahwa sekitar 92% dari para penjudi sudah kehilangan batasan logika terhadap 'perasaan bahagia' ini.

Kalaupun uang hilang dalam sekejap, tubuh masih menghasilkan adrenalin dan endorphin, atau hormon yang menimbulkan perasaan bahagia.

Para peneliti melakukan pemindaian otak terhadap subyek yang diminta untuk melakukan permainan tebak-tebakan. Peserta juga diminta untuk menilai skala kebahagiaan setelah melakukan tebakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun