Meskipun demikian, menarik untuk memahami bagaimana kasus perselingkuhan wanita telah merombak mitos bahwa lelaki adalah satu-satunya mahluk yang menguasai ranah perselingkuhan ini.
Periode Rawan Perselingkuhan.
Sebuah penelitian menemukan fakta adanya perbedaan masa perselingkuhan pada usia pernikahan oleh lelaki dan wanita.
Menurutnya, periode waktu perselingkuhan yang dilakukan oleh lelaki lebih variatif dibandingkan dengan wanita. Lelaki bisa mulai berselingkuh sejak tahun pertama pernikahannya, hingga batas waktu yang lebih fleksibel. Meskipun secara rata-rata usia 11 tahun pernikahan, terdapat paling banyak kasus yang ditemukan.
Sementara pada wanita, masa 6 hingga 10 tahun pernikahan adalah periode rawan perselingkuhan bagi wanita. Hal ini disebabkan karena rata-rata wanita mengatakan bahwa keintiman dari pasangannya sudah berkurang setelah 7 tahun menikah.
Pubertas Kedua.
Dengan waktu perselingkuhan lelaki yang lebih fleksibel, sepertinya pubertas kedua dapat terjadi kapan saja bagi kaum lelaki.
Namun periode rawan perselingkuhan bagi wanita, yang disebabkan karena keintiman pasangan yang berkurang, kemudian memicu adanya teori pubertas kedua pada periode yang hampir sama dari kaum wanita.
Meskipun demikian, ternyata survei juga mengatakan bahwa wanita lebih bisa menjaga diri, dibandingkan dengan lelaki. Dua motif utama bagi wanita untuk menjaga nafsunya adalah moralitas dan takut ditinggalkan oleh suami.
Wanita Lebih Pandai Menutupi Kasus Perselingkuhan.
Sebagai kaum yang sering pusing dengan wajah bening, lelaki kerap kali dihantui oleh tuduhan perselingkuhan oleh istrinya.
Ponsel yang harus disetor setiap pulang kerja, videocall pada saat kerja lembur, hingga sederet wawancara ala penyidik, membuat lelaki akan cepat ketahuan, jika ada yang 'aneh'.
Stigma bahwa suami adalah mahluk selingkuhan, juga membuat perbedaan dalam komunikasi sosial. Seorang lelaki biasanya akan sangat bangga jika ia telah berhasil merengut tubuh seorang wanita yang menjadi pujaan lelaki. Ia akan bercerita dengan para temannya, mengenai keberhasilannya dalam mendapatkan wanita yang "tidak biasa-biasa".Â
Sebaliknya, posisi sebagai mahluk lemah yang takut ditinggalkan suami, membuat seorang wanita yang meskipun bawelnya minta ampun, tidak akan pernah meninggalkan jejak perselingkuhan, bahkan kepada temannya yang paling akrab sekalipun. Oleh sebab itu, kasus perselingkuhan wanita lebih jarang kedapatan, dibandingkan dengan kasus dari para lelaki.