Disebutkan bahwa Singkawang menjadi terkenal, sejak para bujang atau duda yang tidak rela hartanya diambil oleh pemerintah, kemudian memilih 'gadis kampung'Â dari Singkawang yang memiliki banyak persamaan budaya dan bahasa dengan Taiwan.
Namun seiring waktu berjalan, bukan hanya para lelaki militer saja yang mencari pasangan dari kota ini. Pergeseran ekonomi dan semakin selektifnya wanita Taiwan dalam memilih jodoh yang mapan, mebuat banyak kalangan dari ekonomi pas-pasan kesulitan mencari pasangan.
Pun halnya dengan budaya 'aib' bagi keluarga yang memiliki anak lelaki jomblo, membuat mereka memilih gadis Singkawang yang tidak kalah cantik, namun 'tidak memberatkan'.
Baca Juga:Â Tradisi Pernikahan Hantu: Solusi Bagi Para Jomblo yang Belum Berjodoh.
Peranan Mak Comblang.
"Kamu sih, belum kenal aku." Ujar Frans (nama samaran) kepada A-Weng sahabatnya, yang juga hadir pada pertemuan malam itu. Frans mengaku sebagai mak comblang paruh waktu.
Ia bukanlah mak comblang professional, namun sesekali, masih ada permintaan dari 'Yayasan Keluarga Hakka' di Taiwan yang meminta order untuk mencari gadis baik-baik dari kota Singkawang.
Banyaknya permintaan, hingga kurangnya campur tangan birokrasi atas pernikahan lintas negara, membuat bisnis mak comblang dalam bentuk biro jodoh menjadi tumbuh subur di era tahun 1980-1990an.
Ditambah lagi, 'tujuan mulia'Â untuk memperbaiki taraf hidup keluarga dari bisnis perdagangan istri ini membuat suplai gadis yang siap dipersunting cukup banyak tersedia.
Mak comblang yang professional bahkan sudah memiliki agen-agen lokal dan juga database dari para gadis Singkawang, yang sudah siap untuk ditimang.
Frans yang juga bekerja sebagai supir sewaan, mengaku ia tak pernah kaya dari jasa pencarian jodoh ini. "Yaa paling dapat sedikit angpao dan 'bingkisan daging babi' sebagai tanda terima kasih lhaaa".
Namun, jasa yang diterima oleh biro jodoh berkisar antara 7 hingga 10 juta per gadis. Uang tersebut sudah termasuk ongkos jalan, ongkos capek, serta biaya pengurusan dokumen pernikahan.