"Dulu, tim penjaringan ini memantau seluruh pertandingan, baik di divisi utama, I, dan 2 sebagai cadangan. Â Ada juga yang pantau di divisi 2, tetapi yang diutamakan adalah divisi utama,'' kenang Keng Wie.
Chung Hwa yang kemudian berubah nama menjadi Taruna Jaya, adalah nama klub divisi 1 Kota Makassar, tempat Keng Wie pertama kali menimba ilmu bola. Perihal dirinya terpilih sebagai anggota PSM pun didapati melalui surat resmi dari PSM kepada klubnya ini.
Keng Wie mengatakan pengurus PSMÂ di masa itu adalah para mantan pemain, sehingga mereka tahu banyak mengenai 'ilmu bola' dan tidak bisa dibohongi perihal pemain.
"Sekarang, ada orang yang tidak tahu tentang bola masuk jadi pengurus,'' kata Keng Wie.
Kisah awal Keng Wie menjadi pemain bola bermula dari kesenangan saja. Â Rumahnya yang hanya berjarak sekitar 300-400 meter dari lapangan Karebosi, memberikannya banyak peluang untuk menyalurkan hobi.
Kesenangan ini telah ia lakukan sejak masih berusia usia balita, padahal, tidak ada darah sepakbola di keluarganya.
Di kala itu, lapangan Karebosi adalah alun-alun kota tempat berkumpulnya warga kota Makassar. Keng Wie bersama keluarganya sering berkumpul disana hanya sekedar untuk berjalan-jalan sambil menonton warga bemain bola.
Pada tahun 1963, saat pertama bergabung dengan Ramang, pemain legendaris dari PSM Makassar, Keng Wie menempati posisi pemain belakang, namun kadang juga sebagai bek.
Di posisi belakang ia sering bergantian dengan Faisal Yusuf, John Simon, Saharuna, Mahful Umar, Dolfin Mangundap, Sampara, Pik-tio (Rahmat Jaya), dan Penjaga gawang waktu itu adalah Harry Tjong (Kiper Tjong).
Pelatih mereka di saat itu adalah EA Mangindaan, yang kemudian diganti dengan nama besar Nus Pattinasarany, yang berhasil membawa PSM menjadi besar, lalu ada juga nama Suwardi dan Ilyas Haddade.