Semuanya bermula dari ketersinggungan Kim Jong-Un.
Sebenarnya serangan siber Korut ini telah bermula sejak tahun 2012 lalu. Namun pada saat itu, mereka hanya mengintai sektor pemerintahan, militer, pertahanan, dan media saja, sehingga tidak terlalu menarik perhatian.
Namun peretasan terhadap Sony Pictures Entertainmet, membuat cerita menjadi sama sekali berbeda. Pada akhir tahun 2014, peretas memaksa perusahaan film yang berbasis di AS ini bertekuk lutut.
Seluruh jaringan komputer tumbang, email tidak bisa diakses, dokumen penting bocor, dan film produksi Sony beredar bebas di internet. Para ahli mengatakan bahwa Sony memerlukan minimal setahun untuk memperbaiki semua sistem yang rusak.
Serangan ini ditenggarai dilakukan oleh Korea Utara sehubungan dengan akan dirilisnya film komedi "The Interview" yang membuat Kim Jong-Un tersinggung.
Film yang diperankan oleh Seth Rogen dan James Franco ini menceritakan mengenai dua jurnalis yang direkrut oleh CIA dengan misi membunuh Kim Jong-Un.
Setelah kejadian ini, kelompok yang sama menjadi lebih ambisius dengan membobol rekening Bank Sentral Bangladesh, pada tahun 2016, menarget sebuah perusahaan telekomunikasi di Timur Tengah, dan juga menembus database organisasi yang mendanai Olimpiade Jepang.
Bagaimana rezim Korea Utara mengumpulkan tim peretas unggulan?
Adalah Ri Jong-Yol, seorang mahasiswa prodigi berusia 18 tahun asal Korea Utara. Selama tiga tahun berturut-turut, ia telah memenangkan Olimpiade Matematika Internasional.
Namun di suatu malam tahun 2016, pada saat ia baru saja kembali memenangkan timnya di Hong Kong, ia raib begitu saja dari mes tempat menginapnya di Hong Kong University.
Menurut kabar, mahasiswa yang sedang berkuliah di Universitas Seoul ini, telah bekerja pada pemerintah Korea Utara pada bidang matematika.