Saya ingat privilege saya adalah ketika ada relasi keluarga yang dapat membawa saya bekerja di dalam perusahaan telekomunikasi saat itu. Meski gaji sedikit sebagai orang lapangan, namun itu dapat menjadi ladang bagaimana saya dapat hidup berkecukupan dengan adanya pekerjaan.
Dengan lulusan sekolah menengah pertama (SMP), privilege saya adalah hubungan relasi keluarga yang dapat membuat hidup berkecukupan. Bahkan sampai saat ini, saya masih dapat bekerja di bidang yang sama meskipun selamanya menjadi kariyawan kontrak, dimana secara manajemen saya masuk perusahaan outsorcing.
Tetapi saya mensyukuri itu, tamatan SMP saat ini, apa lagi saya kelahiran tahun 1993 yang mana berpendidikan tinggi sudah menjadi tren kala itu. Teman-teman saya kebanyakan  minim lulusan SMA.
Saya bersyukur tamatan SMP setidaknya bisa masuk PT, bukan kuli bangunan kasar meski penghasilan sama dengan mereka, yang membedakan saya berseragam dan mereka tidak tetapi itu adalah kesempatan langka dan saya saat ini menjalaninya.
Maka berbicara privilege, sebenarnya semua orang memang mempunyainya, baik itu orang miskin, menengah, dan orang kaya. Tetapi tidak semua memiliki jenis privilege yang sama. Orang miskin pasti berbeda privilagenya dengan orang kaya, yang mana "privilage" itu untuk sama-sama mengoptimalisasi hidup sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
Karena itu, jangan selamanya dijadikan sebuah alasan untuk hidup berkecukupan terlahir non "privilege". Pekerjaan rumah kita sebagai manusia entah terlahir dari keadaan apapun adalah mencari jenis privilege apa yang mungkin dapat kita gunakan.
Untuk itu gunakan sesuatu yang itu bisa digunakan sebagai privilege. Sebab tidak ada alasan lagi tidak berusaha, kemudian beralasan tidak ada "privilege".
Sekali lagi "privilege" secara gampanganya merupakan sarana, dan selayaknya sarana itu. Setiap orang punya tetapi jenisnya berbeda-beda. Sadarilah sebelum semuanya berakhir karena sarana atau privilege itu ada masa dan kesempatannya menghampiri dikala waktu kita hidup dan harus benar-benar disadari.
    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H