Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Sinis pada "Privilege" Anak Orang Kaya, Tapi....

22 Juni 2022   07:13 Diperbarui: 22 Juni 2022   07:59 3862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pixabay.com

Saya ingat privilege saya adalah ketika ada relasi keluarga yang dapat membawa saya bekerja di dalam perusahaan telekomunikasi saat itu. Meski gaji sedikit sebagai orang lapangan, namun itu dapat menjadi ladang bagaimana saya dapat hidup berkecukupan dengan adanya pekerjaan.

Dengan lulusan sekolah menengah pertama (SMP), privilege saya adalah hubungan relasi keluarga yang dapat membuat hidup berkecukupan. Bahkan sampai saat ini, saya masih dapat bekerja di bidang yang sama meskipun selamanya menjadi kariyawan kontrak, dimana secara manajemen saya masuk perusahaan outsorcing.

Tetapi saya mensyukuri itu, tamatan SMP saat ini, apa lagi saya kelahiran tahun 1993 yang mana berpendidikan tinggi sudah menjadi tren kala itu. Teman-teman saya kebanyakan  minim lulusan SMA.

Saya bersyukur tamatan SMP setidaknya bisa masuk PT, bukan kuli bangunan kasar meski penghasilan sama dengan mereka, yang membedakan saya berseragam dan mereka tidak tetapi itu adalah kesempatan langka dan saya saat ini menjalaninya.

Maka berbicara privilege, sebenarnya semua orang memang mempunyainya, baik itu orang miskin, menengah, dan orang kaya. Tetapi tidak semua memiliki jenis privilege yang sama. Orang miskin pasti berbeda privilagenya dengan orang kaya, yang mana "privilage" itu untuk sama-sama mengoptimalisasi hidup sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

Karena itu, jangan selamanya dijadikan sebuah alasan untuk hidup berkecukupan terlahir non "privilege". Pekerjaan rumah kita sebagai manusia entah terlahir dari keadaan apapun adalah mencari jenis privilege apa yang mungkin dapat kita gunakan.

Untuk itu gunakan sesuatu yang itu bisa digunakan sebagai privilege. Sebab tidak ada alasan lagi tidak berusaha, kemudian beralasan tidak ada "privilege".

Sekali lagi "privilege" secara gampanganya merupakan sarana, dan selayaknya sarana itu. Setiap orang punya tetapi jenisnya berbeda-beda. Sadarilah sebelum semuanya berakhir karena sarana atau privilege itu ada masa dan kesempatannya menghampiri dikala waktu kita hidup dan harus benar-benar disadari.

        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun