Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tentang Isu PKI: Gatot Nurmantyo Evolusi Kivlan Zen?

27 September 2020   08:20 Diperbarui: 27 September 2020   08:29 2005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkara cuitan mengenai PKI atau partai komunis Indonesia yang ramai saat ini, saya kira itu tidak akan pernah selsai.

Sebab peristiwa G30S belum menemukan titik solusinya, maka dari itu semua pihak yang terlibat dalam permasalahan G30S harus bisa saling memaafkan "rekonsiliasi".

Tetapi kenyataanya setiap pihak yang terlibat dalam peristiwa G30S tidak pernah mengakui bahwa mereka semua salah.

Masing-masingnya tidak mau meminta maaf karena yang mereka anggap terhadap diri masing-masing merupakan pihak yang benar. Tidak mau mengakui kesalahan sebagai pelaku dari G30S.

Mengapa semua yang terlibat salah? Saya kira jelas alasan kemanusiaan yang menjadi korbannya. Karena semua golongan politik saat itu bergerak saling ingin menang dengan  alasan kekuasaaan politik.

Mereka yang terlibat G30S mengadaikan manusia sebagai korban politik, yang jumlahnya korbannya melebihi 500 ribu jiwa lebih dalam pembataian di peristiwa G30S".

Karena kebanyakan dari korban tersebut dalam G30S adalah rakyat sipil yang disinyalir dan dituduh sebagai anggota PKI, simpatisan PKI dan organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan PKI atau Partai Komunis Indonesia yang didominasi buruh, tani, dan para seniman.

Tetapi klaim dari pihak lain seperti para ulama islam dan sebagainya juga berhembus kabar menjadi korban dari pada kekejaman PKI pra 1965. 

Karena alasan itu semua pihak yang terlibat termasuk golongan islam sendiri tidak mau mengakui bahwa mereka sama-sama salah dalam hal mencidrai kemanusiaan puncaknya di G30S.

Untuk itu G30S ini, saya meruntut ada tiga peran yang besar dalam peristiwa itu, yakni PKI, TNI AD dan Pemerintah Indonesia.

Perkara ada golongan Islam yang juga dinarasikan sebagai korban kekejaman PKI atau sebaliknya, saat itu memang dalam sejarahnya sendiri golongan islam nasionalis dipersenjatai dalam upaya ikut membantai PKI.

Namun semua itu hanya faktor pendukung, tetapi yang esensial adalah perannya PKI, TNI AD dan pemerintah Indonesia.

Dimana dalam upaya rekonsiliasi ketiga pihak tersebutlah yang harus dapat berperan masing-masingnya, supaya dapat selsai perkara G30S, tidak menjadi hutang sejarah dan dijadikan isu politik yang terus-terusan secara estafet digoreng oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan politis disana.

"Maka Isu PKI saat ini adalah isu politik yang terus dihadirkan untuk memukul lawan politik. Disamping itu juga untuk simpati politik untuk orang-orang yang masih phobia terhadap PKI, yang kini telah menjadi hantu politik itu gentayangan pada setiap bulan September".

Memang dalam memandang perpolitikan Indonesia terkadang membuat bingung, selalu saja PKI dijadikan alat politik yang secara pasti dapat mendulang citra politikus saat ini dalam mengejar karir politik mendapat simpati.

Tentu segmentasi arah dari politikus tersebut yakni kepada pemilih yang phobia pada komunisme. Supaya dalam pemilu nanti perannya diperhitungkan oleh simpatisan yang phobia komunis, yang jika di hitung di Indonesia masih sangat banyak.

Untuk itu masih lakunya jualan politik anti PKI sebagai Brand dagang politik membuat isu PKI ini tetap akan digunakan setiap tahun pada setiap bulan Sepetember sebagai pelengkap citra politikus.

Tujuannya saya kira adalah memupuk kembali suburnya orang-orang yang secara ide phobia PKI atau menciptakan orang-orang baru untuk sama-sama Phobia PKI. Karena nantinya dapat dijadikan sebagai pemilih tetap orang-orang yang berpolitik menggunakan isu anti PKI di pemilihan umum nanti.

Tetapi herannya sendiri, ada semacam indikasi dimana pihak-pihak yang terlibat dalam G30S sendiri adalah yang memprovokasi untuk tidak kelarnya hutang sejarah yang mencidrai kemanusiaan ini yakni peristiwa G30S.

Pertanyaan yang tertinggal kini, apakah kalian phobia PKI? Mungkinkah PKI masih ada sedangkan partainya saja di kebiri sejak peristiwa G30S?  Dimana Ide-idenya tidak di akomodasi negara melalui TAP MPRS 1966 ikut berpolitik? Masihkan dinegara yang anti sekali dengan komunis seperti indonesia akan berdiri lagi partai komunis?

Itulah sebab pertanyaan mengapa pihak-pihak yang medelegasikan dirinya sebagai orang-orang yang selalu berbicara hantu komunis terus melancarkan demi kepentingan politik semata.

Maka dari itu bulan September, masa dimana peristiwa G30S itu terjadi. Sudah pasti akan dikenang dan digunakan sebagai senjata politik untuk mencari simpati orang-orang yang Phobia PKI dan anti PKI yang saat ini akan terus digoreng dengan dinarasikannya lewat Film penghianatan G30S/PKI untuk tetap terus diputer lagi.

Tidak ada henti-hentinya isu yang dihembuskan oleh elit-elit politik Negara khusunya dari mantan perwira militer.

Mungkinkah ada indikasi lain selain untuk kepentingan politik, dimana mereka juga membawa kepentingan instansi, ada yang harus ditutupi dalam kasus G30S? Bukankah militer dalam peristiwa G30S juga terlibat?

Tidak ubahnya PKI masa kini ada dua versi yakni dari kalangan perwira militer Jendral (Purn) Kivlan Zen tahun 2016 dan terbaru Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo di tahun 2020.

Menurut Kivlan Zen (2016) ada 15 juta pengikut dan simpatisan PKI. Kalau dengan anak cucunya bisa 60 juta orang. Kivlan mengemukakan, di wilayah Kabupaten Magelang pernah menjadi lokasi Kongres PKI ke X. Kongres itu yang disinyalir di pimpin oleh Wahyu Setiaji yang sampai saat ini kita tidak pernah tahu mana orang tersebut.

Kedu versi Gatot Nurmantyo yang ditahun 2020 ini juga sering berbicara PKI dan mengindikasi bau-bau komunis Gaya baru, sampai mengirimkan surat terbuka pada Presiden Jokowi melalui KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) (22/09/20) untuk waspda terhadap PKI gaya baru ini.

Komunis gaya baru versi Gatot Nurmantyo yakni mereka yang menuntut pencabutan TAP MPRS yang di buat tahun 1966, kemudian ingin mencabut pelajaran sejarah pembrontakan G30S/PKI disekolah, dan meminta pengehentian pemutaaran film Penghianatan G30S/PKI.

Namun sebagai hutang sejarah itu sendiri, dimana terus menerus isu PKI digoreng dan diadakan sebagai hantu bahkan setiap September,  bukankah kita sudah lelah dengan narasi isu PKI ini sebagai bahan citra politik?

Seperti kita tahu sejak 2016 tiga tahun sebelum 2019 Kivlan Zen juga menggoreng isu PKI ini yang disebutnya sampai ada kongres di Magelang belum terbukti sampai saat ini.

Belum dengan Gatot Nurmantyo bernarasi hal yang sama di tahun 2020, siapa yang menentang pemutaran Film Pengkhinatan G30S/PKI yang kejam dan tidak mendidik itu, hanya akan mengorek luka lama itu  secara otomatis tersetigma sebagai PKI.

Maka dengan santernya kedua orang tersebut berbicara PKI, tetapi tidak pernah ada bukti kongkrit dimana PKI yang ditangkap polisi. Karena bagaimanapun PKI masih dilarang di Indonesia, memakai atribut seperti bajunya palu arit sendiri ditangkap oleh pihak kepolisian.

Jadi apa yang ditakutkan dari PKI, itulah yang Gus Dur pernah ucapkan ketika ditanya oleh Andy F Noya dalam acara Kick Andy dulu tahun 2012, saat dirinya ditanya ditanya akan ada kebangkitan PKI .

Maka dari itu sebagai citra politik antara Kivlan Zen dan Gatot Nurmantyo yang sama-sama getol dalam menggoreng isu PKI dari masa-ke masa, sebelum datangnya pemilihan presiden, mungkinkah jika Gatot Nurmantyo adalah evolusi dari Kivlan Zen?

Dimana apa yang mereka bahas saat akan ada pemilu presiden Isu PKI yang terus digoreng? Mungkinkah mereka adalah orang yang tidak punya prestasi apapun dalam berkarir sebagai teknokrat? Maka dari itu dalam memandang kontestasi politik hanya bisa jualan PKI, PKI dan terus PKI yang sudah mati? Seharusnya G30S jika kita bangsa yang beradab sudah harus rekonsiliasi, supaya tidak terus menghantui generasi masa depan.

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun