Bukankah jika mentang-mentang Indonesia, kemajemukan itu berbeda-beda tetap satu jua atau perbedaan yang menyatukan kita, dapat hilang ditelan begitu saja sebagai semboyan persatuan indoensia?
Maka dari itu bahasa juga seharusnya dipakai yang biasa-biasa saja. Jangan menuruti trend dan sebagainya. Nanti kita dapat terasing di dalam lingkungan kita sendiri. Dari mana asal diri kita tetapi kita tidak tahu.Â
Inilah juga yang menjadi pertanyaan saya, apakah dengan mereka yang saat ini menjadi pegawai Negara sudah tidak tahu mereka asalanya dari mana dan akan kemana?
Argogansi dan kekerasan saat ini yang semakin merajalela. Sedikit banyaknya karena faktor membawa nama Negara dari jabatan sebagai DPRD hingga anggota TNI.
Saya kira semua mentang-mentang membawa nama Negara dengan berbagai kasusnya akhir-akhir ini yang mencengangkan.
DPRD tidak membawa masker ditegur di oleh petugas Bandara di Banggai melakukan penganiyaan. Juga dengan aparatur Negara TNI dan Polisi sedikit banyaknya juga berkonflik membawa nama atribut tertentu , dimana ejekan saja menjadi dasar mereka berkonfilk adu superioritas dihadapan nama Negara.
Fenomena pegawai Negara aroganÂ
Mengapa arogan itu sendiri multi tafsir. Tetapi dengan sesuatunya dimana faktor manusia menjadi dasar dari kelakuan-kelakuan mereka. Sesuatu jika memang ditentukan pendapatnya mengapa seperti itu "arogan" saya kira dapat dan mudah ditebak.
Saat ini adalah saat dimana semua orang berlomba-lomba menjadi pegawai Negara. Ada kebanggan yang sangat sensasional jika menjadi pegawai Negara. Bukan apa strata yang tinggi sebagai pegawai Negara saat ini dalam struktur masyarakat membuat mereka sangatlah mentang-mentang.
Bukan apa gaji yang lumayan dibanding pegawai-pegawai lainnya, jaminan pensiun yang mereka dapat, serta sragam yang mereka kenakan menjadi ukuran dimana mereka patut saja merasa tinggi bila dibandingan dengan manusia lainnya.
Memang tidak semua pegawai Negara seperti itu. Tetapi hari ini memungkinkan menjadi pegawai Negara arogan dan mentang-mentang karena untuk menjadi pegawai Negara kini sangat-sangat esklusif. Dimana kompetisi menjadi dasar bagaimana mereka melangkah menjadi pegawai Negara.